Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Pendiri BreadTalk Ternyata Seorang Anak Petani, Kisah Hidup dan Semangatnya Bikin Termotivasi

        Pendiri BreadTalk Ternyata Seorang Anak Petani, Kisah Hidup dan Semangatnya Bikin Termotivasi Kredit Foto: Twitter/Business Time
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Tak banyak yang tau kalau ternyata pendiri roti BreadTalk, sebagai gerai roti yang sering dijumpai di mal-mal di Tanah Air ini didirikan oleh pria bernama George Quek. Usut punya usut, seperti dikutip dari National Library Board Singapore, Quek bukan berasal dari anak konglomerat.

        Pria asal Singapura ini ternyata merupakan putra seorang petani sayur yang beralih profesi sebagai nelayan. Sementara sang bunda merupakan seorang ibu rumah tangga.

        Sewaktu kecil, Quek adalah sosok yang pemalu, ia diketahui tidak suka gaya sekolah yang kaku dengan berbagai aturan. Jiwanya yang kreatif pun sudah tercium dari jumlah penghargaan yang diraih dalam beragam kompetisi seni.

        Baca Juga: Selamat! BreadTalk Jadi Majikan Baru Food Court Milik Lippo Group!

        Quek pun akhirnya melanjutkan ke sekolah seni. Setelah lulus dari sekolah seni, dia sempat bergabung di dinas militer hingga pergi ke Hong Kong dan bekerja di Parklane Shopping Mall.

        Di sanalah akhirnya Quek memutuskan untuk menjual manisan kumis naga yang sempat hits pada masanya. Di sana pula Quek bertemu dengan Katherine Lee Lih Leng, supervisor yang menjadi istrinya.

        Pada 1982, Quek memutuskan untuk hijrah ke Taiwan dengan tujuan melanjutkan pendidikan seni. Namun, ia masih terbayang-bayang dengan manisan kumis naga sehingga Quek bertekad membuat keputusan bersama Katherine Lee untuk mendirikan kios permen jenggot naga di pusat belanja di Taipei. Adapun modal usahanya, ia meminjam dari sang ayah.

        Sayangnya, bisnis Quek dan Katherine tidak terlalu berkembang pesat. Namun, mereka belajar dari pengalaman tersebut untuk melakukan pengembangan dari segi pemasaran yang makin intensif dan penyesuaian harga. Alhasil, bisnis permen Quek tumbuh hingga bisa menambah 5 cabang dan mencatat penjualan senilai US$240.000 per bulan.

        Kesuksesan itu pun tak lantas membuat Quek puas. Ia semakin penasaran untuk berbisnis kuliner lainnya sehingga ia memutuskan untuk menjual jajanan khas Singapura yakni, mie babi cincang atau bak chor mee ke pasar Taiwan.

        Dengan modal US$100.000, dia mulai menjajakan mie babi cincangnya. Quek pun menamai kedai mienya di Taiwan dengan sebutan Singa. Sayangnya, kesuksesan permen kumis naga tidak menular ke kedai mie babi cincangnya. Kedainya tutup setelah beroperasi tiga bulan karena pengelolaan bisnis yang buruk.

        Baca Juga: BreadTalk Beli FJM, Komisi Persaingan Singapura Setuju

        Namun, Quek tidak menyerah begitu saja. Dia kembali membangkitkan kedai Singanya itu dengan konsep yang berbeda. Ia pun menggandeng koki berpengalaman dan memperbanyak varian menu seperti sate, nasi ayam Hainan, mie udang, ditambah dengan adaptasi resep yang sesuai dengan lidah Taiwan.?

        Quek pun menuai hasilnya kali ini, kedai Singa sukses besar. Kedai Singa bisa ekspansi dengan memiliki 21 cabang.

        Selama di Taiwan, Quek juga diketahui sempat bisnis es krim selama 9 bulan. Lini bisnis es krimnya itu memiliki 3 cabang dan bisa disebut cukup sukses.

        Di tahun 1992, ia pun menjual saham Singa dan pulang kampung untuk memulai bisnis foodcourtnya, Food Junction. Selama delapan tahun, bisnis itupun sukses hingga Quek dijuluki Raja Foodcourt.?

        Tak puas sampai di sana, Quek pun memutuskan undur dari dari posisi Direktur Pengelola Food Junction. Dia memilih buka lembaran baru dengan membangun toko roti.

        Hingga di tahun 2000, Quek pun mendirikan Breadtalk. Ide membuat BreadTalk itu lahir setelah Quek mengamati roti-roti berkualitas tinggi di Jepang dan Taiwan.

        Dia melihat adanya peluang dalam penjualan roti yang masih hangat dengan visual kreatif dan menarik. Konsep dapurnya pun dibuat terbuka sehingga pelanggan bisa melihat proses pembuatan rotinya.

        Tak disangka, ide bisnis roti yang masih hangat dan tanpa bahan pengawet itu laku keras. BreadTalk lewat entitas induk usahanya BreadTalk Group Limited melantai di Bursa Singapura pada 4 Juni 2003.

        Kini, BreadTalk melakukan diversifikasi lini usahanya dengan menjajakan makanan lain seperti, Toast Box, Food Republic, Din Tai Gung, dan sebagainya. Teranyar, Quek menargetkan tambah 2.000 gerai BreadTalk baru pada tahun 2020.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Fajria Anindya Utami
        Editor: Fajria Anindya Utami

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: