Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Menanti BPS Umumkan Angka Pertumbuhan Ekonomi 2019

        Menanti BPS Umumkan Angka Pertumbuhan Ekonomi 2019 Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis angka pertumbuhan ekonomi nasional sepanjang 2019. Dari informasi yang dihimpun Warta Ekonomi, pengumuman tersebut dijadwalkan pukul 11.00 WIB di Kantor BPS, Jakarta, Rabu (5/2/2020).

        Pertumbuhan ekonomi Indonesia per kuartal mengalami stagnasi yang pada kuartal I tumbuh di level 5,07%, kuartal II tumbuh di level 5,05%, dan kuartal III tumbuh 5,02%. Dengan demikian, secara akumulatif sampai kuartal III 2018, ekonomi Indonesia tumbuh di level 5,04%.

        Baca Juga: 2 Hal Ini Jadi Kunci Pertumbuhan Ekonomi Tanah Air

        Lalu, berapa pertumbuhan ekonomi di kuartal IV dan sepanjang 2019?

        Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan ekonomi Indonesia pada kuartal empat tahun 2019 sebesar 5,06%. Dengan begitu, perekonomian Indonesia sepanjang 2019 tumbuh 5,05%.

        "Di tengah ketidakpastian global karena isu perang dagang, Brexit, dan geopolitik, pertumbuhan nasional tetap terjaga di kisaran 5%," kata Sri Mulyani.

        Menurutnya, beberapa faktor pendorong tumbuhnya ekonomi tahun lalu adalah investasi, sektor konsumsi, dan peningkatan belanja pemerintah. Untuk konsumsi diperkirakan akan tumbuh 5,2% yang didorong oleh pertumbuhan konsumsi LNPRT terkait penyelenggaraan pemilu di 2019 serta terjaganya konsumsi domestik seiring dengan terjaganya stabilitas harga dan nilai tukar.

        Di sisi lain, konsumsi pemerintah diproyeksikan tumbuh 3,18%, sementara PMTB diperkirakan tumbuh moderat sebesar 4,74%. Kondisi ini dipengaruhi oleh terjaganya fundamental perekonomian dosmetik di tengah peningkatan risiko ketidakpastian global yang memengaruhi persepsi investor.

        Untuk perdagangan, sepanjang 2019 masih mengalami surplus yang didorong oleh penurunan impor yang lebih dalam dibandingkan penurunan ekspor. Hal ini ditunjang oleh kebijakan substitusi impor dan kenaikan tarif impor barang konsumsi.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Boyke P. Siregar
        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Bagikan Artikel: