Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Penilaian 100 Hari Jokowi-Ma'ruf, PDIP: Stabilitas Politik Baik

        Penilaian 100 Hari Jokowi-Ma'ruf, PDIP: Stabilitas Politik Baik Kredit Foto: Antara/Puspa Perwitasari
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Politisi PDI Perjuangan Effendy Simbolon menilai, stabilitas politik dalam keadaan baik saat 100 hari kerja kabinet pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin.

        Effendy menilai, hal itu tak terjadi saat periode pertama Jokowi sebagai Kepala Negara. Ia menilai, stabilnya stabilitas politik karena Jokowi begitu gencar melakukan silaturahmi, hingga berhasil merangkul lawan politiknya.

        "Pemerintah sekarang ini nantinya akan sangat baik. Karena ditopang oleh terciptanya stabilitas politik. Yang saya puji dari pemerintahan Jokowi ini adalah terciptanya stabilitas politik. Ini penting," ujar Effendy dalam diskusi Polemik MNC Trijaya Network dengan tajuk '100 Hari Kabinet Jokowi-Ma'ruf', di Ibis Tamarin, Jakarta Pusat, Sabtu (8/2/2020).

        Baca Juga: Duh, Pemerintahan Jokowi Belum Mampu Tingkatkan Optimisme Ekonomi

        Menurut Effendy, stabilitas politik menjadi modal utama dalam pemerintahan Jokowi-Ma'ruf. Namun, menurut dia, stabilitas politik tersebut tak dimanfaatkan Jokowi dalam menyusun para menteri di Kabinet Indonesia Maju.

        "Nah ini berpulang lagi kepada susunan kru yang ada di kapalnya Pak Jokowi ini," katanya.

        Menurut dia, Jokowi tak menyusun secara 'dream tim' lantaran banyaknya pertimbangan-pertimbangan politik.

        "Kita lihat susunan kabinetnya bukan tidak dream team juga. Ya lagi-lagi ada political appointee, ada contractor appointee, ada orang-orang yang nggak ada urusannya tapi posisinya di situ. (Contoh) Banyaklah. Yang kita ingin kejar ke satu titik tapi di pasang awaknya yang menurut saya yang bukan posisinya," ujarnya.

        Effendy menilai, Jokowi terlalu mengambil resiko dengan menyusun para menterinya yang sebenarnya tidak cocok dalam jabatan tersebut.

        "Kita kalau mau contohnya, hampir semuanya begitu. Dokter jadi ahli mesin, ahli mesin jadi dokter bedah, banyak begitu. Jadi ini membuat sebenarnya kenapa Pak Jokowi masih mengambil resiko bahwa di the last lap-nya dia, dengan heritage atau warisan yang nantinya kepada pemimpin berikutnya, dia masih tetap mentolerir ini. Poin kita dalam rangka memberikan koreksi untuk perbaikan siapa, perbaikan kitalah. Bukan hanya perbaikan kabinet Jokowi kok," pungkasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Fajria Anindya Utami

        Bagikan Artikel: