Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Ide Selebrasi Simbolik Toleransi Ala Jokowi Nyatanya Didukung Katerdal

        Ide Selebrasi Simbolik Toleransi Ala Jokowi Nyatanya Didukung Katerdal Kredit Foto: Antara/Nova Wahyudi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Gereja Katedral Jakarta menyambut baik rencana pembangunan Terowongan Silahturahmi yang disampaikan oleh Presiden Joko Widodo untuk mempermudah akses antara Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral.

        Baca Juga: Terowongan 'Silaturahmi' Istiqlal-Katedral, Muhammadiyah: Yang Dibutuhkan Bukan Silaturahmi Fisik!

        "Kami sangat mendukung wacana tersebut karena menegaskan kembali semangat dan ide Bung Karno saat menetapkan lokasi Masjid Nasional yang berdampingan dengan Gereja Katedral," kata Pastor Kepala Gereja Katedral Jakarta, Romo Albertus Hani dalam keterangan tertulisnya.

        Dia menambahkan pembangunan Terowongan Silaturahmi dapat meningkatkan relasi di antara dua gedung yang merupakan bagian dari cagar budaya nasional. Selama ini relasinya tercipta dari hal terkecil seperti parkir hingga kunjungan wisata maupun kenegaraan.

        "Kami menyampaikan juga terima kasih atas rencana yang disampaikan beliau (Presiden Joko Widodo) pada Jumat 7 Februari 2020 berdasarkan ide hasil pembicaraan dalam silaturahmi antara kedua belah pihak, yaitu Imam Besar dan Ketua Badan Pengelola Masjid Istiqlal bersama Kepala Paroki Gereja Katedral," kata Romo Albertus.

        Presiden Joko Widodo berencana membangun terowongan bawah tanah dari Masjid Istiqlal ke Gereja Katedral, Jakarta Pusat, untuk mempermudah silaturahmi antarumat beragama. Meskipun demikian, ide ini juga tidak luput dari sasaran kritik. Ide terowongan tersebut hanya sebatas selebrasi toleransi simbolik, namun tak menyelesaikan akar persoalan kasus intoleransi di Indonesia.

        Halili, aktivis dari?Setara Institute menilai rencana ini hanya kemubaziran belaka.

        "Saya khawatir imajinasi Presiden tentang toleransi, mentok di infrastruktur. Jakarta tidak butuh infrastruktur semacam itu untuk sekadar menunjukkan republik ini toleran," kata Halili dikutip dari Tirto.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Ferry Hidayat

        Bagikan Artikel: