Pertumbuhan ekosistem halal ini mendongkrak pertumbuhan pangsa pasar perbankan syariah. Halal food punya potensi Rp2.300 triliun, Islamic fashion hingga Rp190 triliun, Islamic tourism mencapai Rp135 triliun, haji dan umrah sebesar Rp120 triliun, dan pendidikan berpotensi Rp40 triliun.
"Potensi itu belum mencakup seluruh pendapatan seperti Dana Pihak Ketiga (DPK), pembiayaan, dan transaksi bank lainnya yang berasal dari nasabah Muslim," kata Ketua Prodi Ekonomi Islam Universitas Padjadjaran, Cupian, disela kegiatan bincang media dengan tema Mendorong Ekosistem Halal Melalui Perbankan Syarian di Hotel Savoy Homan, Kota Bandung, Kamis (13/2/2020).
Baca Juga: Duh! Tahun 2020, Ekonomi Sumatera Dibayangi Risiko Bias ke Bawah
Baca Juga: Jawab Kasus Jiwasraya, OJK Akui Ada Celah Pengaturan Antara Perbankan dan IKNB
Menurutnya, meski ekosistem halal di Indonesia ini memiliki potensi yang luar biasa. Namun, industri keuangan syariah dan industri halal masih berjalan masing-masing dan belum terintegrasi sehingga belum memiliki kontribusi terhadap pendapatan negara.?
Perbankan syariah juga dinilai belum optimal menggarap peluang penyaluran pembiayaan ke industri halal, termasuk para pelaku usaha berbasis syariah yang bergerak di sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
?Maka, diperlukan sebuah sinergitas ekosistem halal yang terintegrasi hingga dapat mengerakkan lebih banyak pihak,? ungkapnya.
Adapun, Direktur Utama Bank BJB Syariah Indra Falatehan mengatakan, industri keuangan syariah yang dikembangkan dalam bentuk perbankan syariah, asuransi, dan bentuk-bentuk layanan keuangan syariah non-bank lainnya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.?
Industri jasa keuangan syariah dengan volume usaha dan kekuatan permodalan kecil memiliki keterbatasan untuk meningkatkan daya saing dalam bentuk berinvestasi pada teknologi dan memiliki SDM terbaik, terlebih dalam kondisi persaingan ketat dengan dominasi sistem keuangan konvensional yang sudah mapan.
Untuk itu, Bank BJB Syariah bekerja sama dengan berbagai pihak dalam rangka meningkatkan dan mendorong ekosistem halal, salah satunya dengan Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH), Bank Penerima Setoran Biaya Penyelenggaran Ibadan Haji (BPS-BPIH), Bank Penerima Setoran Biaya Perjalanan Ibadah Umrah (BPS-BPIU), serta Kemeterian Pariwisata.
"Peran media juga diakui sangat signifikan guna mengedukasi dan menyosialisasikan ekonomi syariah ini," ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, Pemimpin Divisi Penyelamatan dan Penyelesaian Pembiayaan Bank BJB Syariah, Asep Syarifudin, mengatakan bahwa pihaknya memiliki strategi untuk pengembangan industri halal ini.?
Sejumlah strategi itu salah satunya berupa inovasi produk, mempermudah akses produk dan layanan, serta meningkatkan promosi dan literasi industri halal.
?Meski demikian masih banyak tantangan yang dihadapi untuk memperkuat ekosistem halal tersebut. Penguatan literasi, sinergi, dan kolaborasi yang dilakukan dengan berbagai pihak diharapkan akan memperkuat keuangan syariah,? paparnya.
Sementara itu, Kepala Bagian Pengawasan Nonbank OJK Kantor Regional 2 Jawa Barat, Noviyanto Utomo, mengatakan bahwa pemerintah akan senantiasa mendukung optimalisasi ekosistem ekonomi syariah. Tujuan utama tentunya membentuk lembaga perbankan syariah di Indonesia yang stabil, kontributif, dan inklusif.
?Sinergi dan semangat berjemaah antar pemangku kepentingan harus terus ditingkatkan untuk menciptakan industri keuangan syariah yang semakin mewarnai perekonomian nasional dan menjadi instrumen keuangan yang dipercaya masyarakat Indonesia,? ungkapnya.
Diketahui, produk halal telah menjadi ekosistem baru dalam bisnis dunia dengan nilai fantastis dan sangat menjanjikan. Bukan hanya bagi masyarakat Muslim tetapi juga untuk semua kalangan. Tak heran jika di negara lain seperti Jepang, Korea Selatan, Inggris, Rusia, Tiongkok, dan Eropa Tengah berlomba-lomba membangun berbagai fasilitas demi mengembangkan bisnis produk halal.
Berdasarkan laporan Global Islamic Economy, Indonesia merupakan pasar industri halal terbesar di dunia dengan nilai spending USD 218,8 miliar pada 2017.
"Nilai ini akan terus bertambah sekitar Compound Annual Growth Rate (CAGR/rasio pertumbuhan rata-rata gabungan) 5-6% per tahun," ujarnya.
Pemerintah juga fokus untuk mengembangkan destinasi wisata halal. Berdasarkan data laporan Global Islamic Economy Summit, belanja wisata halal tercatat turn over USD 184 miliar pada 2017, terutama dari negara-negara Gulf Cooperation Council (GCC) yang jumlahnya relatif sedikit, tetapi mempunyai rata-rata pengeluaran sampai USD 5.000 per kunjungan.?
"Pada 2023, diperkirakan pangsa pasar wisata halal akan mencapai USD 177 triliun," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Vicky Fadil