Tentara Suriah menyatakan pada Senin (17/2), bahwa mereka telah mengambil kendali penuh atas lusinan kota di pedesaan barat laut Aleppo. Militer Suriah juga mengaku akan terus melakukan serangan skala penuh untuk menghabisi kelompok-kelompok militan "di mana pun mereka ditemukan".
Angkatan Bersenjata Suriah mengatakan dalam sebuah pernyataan, bahwa mereka akan mendorong dengan apa yang mereka sebut "tugas suci dan mulia untuk menyingkirkan sisa-sisa organisasi teroris di mana pun mereka ditemukan di wilayah Suriah".
Seperti dilaporkan Reuters, kemajuan itu didapat setelah pasukan Presiden Bashar al-Assad mengusir pemberontak dari jalan raya M5 yang menghubungkan Aleppo ke Damaskus. Keberhasilan militer Suriah ini membuka kembali rute tercepat antara dua kota terbesar di Suriah untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun terakhir.
Baca Juga: Rezim Bashar Al-Assad Berencana Rebut Kembali Semua Wilayah Suriah
Menteri transportasi Suriah Ali Hammoud juga telah mengumumkan pembukaan kembali bandara internasional Aleppo dengan penerbangan pertama, dari Damaskus ke Aleppo, dijadwalkan pada hari Rabu dan penerbangan ke Kairo akan diumumkan dalam beberapa hari ke depan, sebut laporan kantor berita SANA.
Pencapaian ini menjadi keunggulan strategis bagi rezim Assad. Didukung oleh serangan udara Rusia yang hebat, pasukan pemerintah Suriah telah berjuang sejak awal tahun ini untuk merebut kembali desa-desa di Aleppo dan bagian-bagian provinsi tetangga Idlib, di mana gerilyawan anti-Assad menduduki benteng terakhir mereka.
Di awal pekan ini, serangan udara pemerintah Suriah dilaporkan menghantam Darat Izza, dekat perbatasan Turki, sekitar 30 km (20 mil) utara kota Aleppo. Menurut staf rumah sakit setempat, serangan ini melukai beberapa warga sipil dan memaksa dua rumah sakit tutup. Saksi mata juga melaporkan serangan udara terjadi di daerah selatan provinsi Idlib.
Gerak maju pasukan pemerintah Suriah ini membuat ratusan ribu warga sipil Suriah melarikan diri ke wilayah perbatasan dengan Turki. Kondisi ini juga telah mengganggu kerja sama rapuh antara Ankara dan Moskow, yang mendukung faksi-faksi yang berselisih dalam konflik. Turki dan Rusia memulai putaran baru perundingan di Moskow pada hari Senin, setelah beberapa tuntutan oleh Ankara bahwa pasukan Assad harus mundur dan gencatan senjata diberlakukan.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan, serangan-serangan militan terhadap pangkalan-pangkalan Rusia dan posisi-posisi Suriah terus berlanjut dan "tidak mungkin membiarkan hal ini tidak terjawab".
"Pasukan dari Rusia dan Turki di tanah di Suriah, di Idlib, terus-menerus melakukan kontak satu sama lain, melihat perubahan kondisi. Mereka saling memahami satu sama lain,? kata Lavrov.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Shelma Rachmahyanti
Tag Terkait: