Dulu Anak Petani, Karsanbhai Patel Kini Jadi Miliarder Berkat Jualan Sabun
Menjadi salah satu orang terkaya di India membuat perjalanan hidup Karsanbhai Patel sangat menginspirasi. Pasalnya, pendiri Rs. 2500 crore grup Nirma dengan minat utama pada deterjen, sabun dan kosmetik ini dulunya hanya pekerja dengan gaji Rs. 400 (Rp76 ribu saat ini).
Ia pun merasa gajinya tak cukup untuk memenuhi kebutuhannya sekaligus merasa bosan dengan pekerjaan yang begitu-begitu saja.
Karena itulah, ia kemudian menjadi orang kaya. Bahkan menurut catatan Forbes, Karshanbai menjadi orang terkaya sejagat nomor 394 dengan total nilai kekayaan USD4,7 miliar atau Rp64,83 triliun.
Baca Juga: Dulu Miskin, Lee Shau Kee Kini Jadi Orang Terkaya di Hong Kong
Cerita bermula pada tahun 1960 lalu. Saat itu, pria yang merupakan anak petani Gujarat tersebut bekerja menjadi ahli kimia di Gujarat Minerals Development Corporation.
Pekerjaan itulah yang memberikannya gaji sebesar Rs.400/-. Merasa tak cukup, ia memutuskan mencari kerjaan sampingan. Berbekal gelar sarjana kimia dan pengalaman melakukan percobaan, ia mencoba meracik bubuk detergen di rumahnya.?
Sambil berangkat dan pulang kantor yang jaraknya 15 kilometer dari rumah, ia jual detergen tersebut dari rumah ke rumah dengan sepeda.
Upayanya pun membuahkan hasil. Patel mampu menjual 15 sampai dengan 20 paket sehari. Pada tahun 1969, pasar detergen bubuk domestik di India cukup sedikit.?
Memang saat itu sudah ada bubuk detergen dari Hindustan Unilever dengan harga jual Rs.15 per kilogram. Namun, harga tersebut lebih mahal dari produk buatan Karsanbhai Patel yang hanya 3 Rupee 50 Paise per kilogram-nya.
Tak hanya murah, produk Karsanbhai pun berkualitas sehingga membuat kelas menengah sangat senang. Peluang tersebut tidak ia tidak sia-siakan.
Pada tahun ketiga, ia memutuskan untuk berhenti bekerja sebagai seorang ahli kimia di Gujarat Minerals Development Corporation dan fokus kepada bisnisnya. Ia membuka toko kecil di Ahmadabad di negara bagian Gujarat.
Dari sinilah produk ini menyebar. Berbekal merk Nirma, nama putrinya yang meninggal karena kecelakaan mobil, detergen buatannya laku keras di pasaran.
Karena harganya yang murah dan informasi dari mulut ke mulut, Karsanbhai mendapatkan semakin banyak pelanggan. Pada 1980, detergen Nirma telah menjadi salah satu produk rumah tangga paling populer di banyak bagian negara ini.
Kinerja Nirma selama dekade 1980-an telah dilabeli sebagai 'Marketing Miracle' dari suatu era. Selama periode ini, merek melonjak jauh di depan saingan terdekatnya, Surf, yang merupakan produk detergen Hindustan Lever.
Nirma sukses merebut pangsa pasar dengan menawarkan bauran pemasaran berbasis nilai dari empat P, yaitu pasangan produk, harga, tempat, dan promosi yang sempurna.
Pada era 90-an produk tersebut kian berkibar. Berkat iklan dan jingle yang menarik, popularitas Nirma kian melejit. Tak hanya itu, produk Nirma juga kian berkembang.
Jika pada awal masa usaha, Nirma hanya terbatas pada detergen. Seiring dengan perkembangan produk mulai diperluas ke sabun mandi, garam dapur, sabun pencuci piring dan produk kecantikan.?
Produk tersebut berhasil menguasai India. Sehingga pada tahun 2000-an, pangsa pasar produk sabun toilet Nirma mencapai 15 persen. Sementara itu untuk detergen, tingkat penguasaan pasar Nirma di India mencapai 30 persen.
Bahkan pada 2004 penjualan tahunan Nirma menyentuh 800 ribu ton. Penjualan tersebut menjadi volume terbesar penjualan satu nama merek di dunia.
Atas keberhasilan itu, industri sabun rumahan yang tadinya hanya dikerjakan satu orang menjadi sebuah kerajaan bisnis raksasa. Saat ini diperkirakan omset penjualan perusahaan naik tajam.?
Tingkat pendapatan perusahaan sudah mencapai USD842 miliar atau Rp11.624 triliun pada 2017 lalu. Sementara itu untuk pendapatan bersih mencapai USD67 miliar atau Rp925 triliun pada tahun yang sama.?
Tak hanya bisnis detergen, tahun 2016 mereka memutuskan untuk membeli saham perusahaan semen asal Prancis, yang beroperasi di India, Lafarge dengan nilai transaksi USD1,6 miliar atau Rp22 triliun.?
Tak hanya itu, Karsanbhai Patel juga melebarkan sayap usahanya ke sektor pendidikan. Seperti pada 1995, ia mendirikan Institut Teknologi Nirma, diikuti? Universitas Sains dan Teknologi Nirma 8 tahun setelahnya.
Kesuksesan juga tak terlepas dari strategi bisnis yang dijalankannya. Ia menerapkan strategi menjual produk dengan harga murah. Strategi menjual produk dengan harga murah ia bisa jalankan karena hampir 90 persen soda abu yang menjadi bahan utama pembuatan detergen Nirma dibuat oleh perusahaannya sendiri.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami
Tag Terkait: