Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Kongres Umat Islam Indonesia 2020: Umat Islam Harus Menerima Manfaat dari Kemajuan Pendidikan

        Kongres Umat Islam Indonesia 2020: Umat Islam Harus Menerima Manfaat dari Kemajuan Pendidikan Kredit Foto: Universitas Esa Unggul
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Umat Islam harus menerima manfaat dari setiap perkembangan dan kemajuan di bidang pendidikan di Indonesia. Tidak ada peradaban yang berkembang tanpa adanya pendidikan yang bagus.

        Demikian diungkapkan dalam Pleno ke-10 Kongres Umat Islam Indonesia atau KUII VII di Pangkal Pinang, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Jumat (28/2/2020). Sebagai narasumber pada sidang pleno kali ini adalah Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah, Prof Azyumardi Azra, dan mantan Menteri Pendidikan, Prof M. Nuh.

        Baca Juga: Din Syamsuddin Usulkan Masyumi Reborn sebagai Parpol Islam Tunggal

        Prof Azra mengatakan, uamt Isam harus banyak bersyukur karena 88 persen warga negara Indonesia adalah Muslim. Apapun manfaat dari kebijakan di bidang pendidikan di Indonesia akan berdampak pada generasi Muslim.

        Menurut Prof Azra, banyak mitos-mitos di dunia pendidikan Indonesia yang telah terpatahkan. Sekolah-sekolah Islam sekarang sudah bagus dan mengalahkan sekolah-sekolah nonmuslim pada zaman awal-awal kemerdekaan. Sudah tidak ada mitos bahwa perguruan tinggi Islam swasta tertinggal dari perguruan tinggi negeri.

        "Universitas Muhammadiyah memiliki auditorium yang besar-besar sudah bisa bersaing dengan kampus nonmuslim yang dulu diklaim sebagai yang terbaik. Ada ribuan pondok pesantren yang dimiliki oleh kiai-kiai NU. Banyak teori modernis yang terpatahkan oleh pesantren di Indonesia. Pesantren sekarang memiliki sarpras yang memadai," kata Azra dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (28/2/2020).

        Mantan Menteri Pendidikan M. Nuh mengatakan, salah satu fungsi pendidikan adalah menyambungkan masal lalu, masa kini, dan masa depan. Pendidikan harus menyambungkan satu fase dengan fase berikutnya.

        "Proses pendidikan seperti ini sama dengan kaidah yang disampaik oleh Syadina Ali, 'Didiklah anakmu sesuai dengan zamannya!'," ujarnya.

        Pendidikan menjadi passport untuk masuk ke dunia global. Karena itu, pendidikan juga menjadi ajang kompetisi. "Bersainglah dengan pemenang agar dapat menumbuhkan motivasi kuat," katanya.

        Menurut Prof Nuh, zaman makin berubah. Karena itu, pendidikan harus dapat merespons perubahan zaman. "Siapa saja yang bisa mengelola dan mengusai perubahan, dia yang akan jadi pemenang, bukan yang kuat, dan bukan pula yang memiliki kekuasaan," tutupnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Bagikan Artikel: