Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Banyak Perusahaan Hengkang karena Virus Corona, China Gak Punya Banyak Waktu Buat. . . .

        Banyak Perusahaan Hengkang karena Virus Corona, China Gak Punya Banyak Waktu Buat. . . . Kredit Foto: Reuters/Gary Cameron
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pemerintah China harus segera memutar otak untuk mencegah lebih banyak lagi perusahaan asing yang pergi dari negeri Tirai Bambu itu akibat wabah virus corona. Para ilmuan memperkirakan, China hanya punya waktu paling tidak satu bulan untuk mengembalikan geliat bisnis di negaranya itu.?

        Para ahli menyebut bahwa jika pemerintah gagal menahan penyebaran virus mematikan itu pada akhir bulan nanti, ada tiga sektor perusahaan asing berada di garis paling depan yang akan meninggalkan China, yaitu perusahaan tekstil padat karya, perusahaan elektronik berteknologi tinggi, dan perusahaan industri berat atau logam.

        Baca Juga: Global Balas Dendam, Nasib Rupiah di Ujung Tanduk!

        Baca Juga: Trump Sebut Virus Corona Lenyap Bulan April, Xi Jinping Semangat'45 Lakukan Ini

        "Karena penggantian pemasok memerlukan basis waktu dan investasi modal terkait, biaya yang terkait dengan transfer rantai industri biasanya relatif tinggi. Di bawah premis bahwa produksi dalam negeri dapat dipulihkan dalam waktu singkat, dampak epidemi ini pada transfer eksternal rantai industri China akan terbatas," jelas para ahli yang dilansir dari South China Morning Post, Jakarta, Kamis (5/03/2020).

        Banyaknya perusahaan asing yang memilih meninggalkan China dan beralih ke negara lain turut mengancam hilangnya lapangan pekerjaan di China. Alhasil, roda perekonomian negara yang dipimpin Xi Jinping itu juga akan terganggu, para ahli menyebutnya sebagai 'ekonomi yang berlubang'.

        Baca Juga: Bak Pahlawan, Mark Zuckerberg dan Bill Gates Kerja Sama Perangi Corona dengan Buka. . .

        "Terkena epidemi, ada kasus transfer keluar dari rantai industri. Pembuat suku cadang mobil F-Tech telah memutuskan untuk mengganti pedal rem yang sebelumnya diproduksi di pabriknya di Wuhan ke pabriknya di Filipina. Dalam jangka panjang, epidemi ini akan mempercepat transfer perusahaan multinasional dari Cina ke daerah kandidat lainnya," kata seorang ahli.

        Seorang peneliti mengatakan bahwa risiko yang diperkirakan tersebut memang ada, tetapi eksekutif bisnis juga perlu mempertimbangkan potensi wabah virus corona di negara lain. Di beberapa negara Barat, seperti Amerika Serikat, ada kekhawatiran yang berkembang bahwa jumlah sebenarnya pasien yang terinfeksi lebih besar daripada yang dilaporkan oleh otoritas kesehatan.

        ?Ini adalah momen kritis bagi China untuk membangun kembali kepercayaan pada kemampuannya untuk mengendalikan situasi. Tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya mungkin juga datang dengan peluang yang belum pernah terjadi sebelumnya," jelasnya.?

        Sementara itu, Kepala Ekonom China di Macquarie Capital, Larry Hu, menilai saat ini terlalu dini untuk mengatakan bahwa sebagian besar perusahaan multinasional termotivasi untuk pindah dari China. Menurutnya, ada banyak hal yang menjadi pertimbangan mereka sebelum memutuskan untuk keluar dari China, termasuk soal infrastruktur dan kualitas tenaga kerja.

        "Masih terlalu dini untuk mengatakan jika sebagian besar perusahaan multinasional termotivasi untuk pindah dari China. Saya tidak terlalu pesimis tentang perusahaan asing yang memindahkan basis produksi mereka dari China. Relokasi rantai pasokan menyangkut banyak hal, seperti infrastruktur, kualitas tenaga kerja, dan lainnya," sambung Larry.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Lestari Ningsih
        Editor: Lestari Ningsih

        Bagikan Artikel: