Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        OPEC-IEA: Negara Berkembang Bisa Kehilangan Pendapatan dari Migas Akibat Corona!

        OPEC-IEA: Negara Berkembang Bisa Kehilangan Pendapatan dari Migas Akibat Corona! Kredit Foto: Reuters/Heinz-Peter Bader
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pendapatan minyak dan gas negara-negara berkembang bisa jatuh ke level terendah jika kondisi pasar energi saat ini terus berlanjut. Badan Energi Internasional (IEA) dan organisasi negara-negara penghasil minyak (OPEC) memberi peringatan dalam sebuah pernyataan bersama, Senin (16/3/2020).

        Dilansir dari CNBC, Senin, Direktur Eksekutif IEA, Fatih Birol dan Sekretaris Jenderal OPEC, Mohammed Barkindo menyatakan keprihatinan mendalam tentang pandemi virus corona. Kedua pejabat memperingatkan, kondisi ini akan membawa konsekuensi ekonomi dan sosial.

        Baca Juga: Attention Please! Dear 100 Miliarder Indonesia, Tolong Sisihkan Hartamu, Bantu Lawan Corona!

        Birol dan Barkindo berharap negara-negara berkembang melihat pendapatan minyak dan gas mereka turun menjadi 85% pada tahun ini. Mereka menekankan bahwa pengeluaran sektor publik yang paling rentan adalah pendidikan dan kesehatan.

        Pekan lalu, Birol mengatakan kepada CNBC bahwa negara-negara seperti Irak, Aljazair, dan Nigeria?semua anggota OPEC?berada dalam situasi yang teramat sulit. Mereka akan membutuhkan dukungan dari negara-negara di seluruh dunia.

        Produsen minyak terbesar kedua di OPEC, Irak, diperkirakan akan terekspos dengan perang harga karena ekonominya paling sedikit terdiversifikasi di antara anggota OPEC lainnya meski biaya produksi minyak negara ini relatif rendah.

        Baca Juga: Bantu Italia, Ferrari & Fiat Bikin Ventilator untuk Pasien Corona

        Pada Selasa pagi, minyak mentah Brent diperdagangkan pada US$29,91 atau turun sekitar 0,7 persen. Sementara West Texas Intermediate (WTI) AS berada di angka US$28,98, satu persen lebih tinggi.

        Di sesi sebelumnya, harga minyak turun 10 persen karena virus corona terus menyebar di seluruh dunia dan perang harga minyak antara Arab Saudi dan Rusia. Minyak mentah berjangka telah lebih dari setengahnya sejak harganya naik ke titik tertinggi di bulan Januari.

        Raksasa minyak milik Pemerintah Arab Saudi, Aramco, menyatakan kemungkinan akan melanjutkan peningkatan produksi minyak yang direncanakan dari April hingga Mei. Perusahaan ini dilaporkan ?sangat nyaman? dengan harga minyak US$30 per barel.

        Baca Juga: Arab Saudi Pimpin Pertemuan G20 Via Virtual untuk Bahas Pandemi Corona

        Rusia yang menolak menandatangani usulan pengurangan produksi dari OPEC mengklaim mampu menahan harga minyak yang lebih rendah selama satu dekade.

        Namun, Barkindo dan Birol tidak membahas Rusia secara khusus dalam pernyataan bersama mereka. Keduanya menggarisbawahi pentingnya stabilitas pasar karena dampak volatilitas ekstrem dirasakan produsen.

        Mereka sepakat untuk tetap memperhatikan masalah ini dan melanjutkan konsultasi rutin mengenai perkembangan pasar minyak.

        IEA sebelumnya telah memperingatkan sekutu lamanya, Arab Saudi, bahwa pemimpin OPEC itu bisa menjadi yang paling parah terpukul oleh anjloknya harga minyak.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Lili Lestari
        Editor: Lestari Ningsih

        Bagikan Artikel: