Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        5 Negara dengan Angka Kematian Tertinggi Akibat Corona, Nomor 1 Bukan China!

        5 Negara dengan Angka Kematian Tertinggi Akibat Corona, Nomor 1 Bukan China! Kredit Foto: Reuters/China Daily
        Warta Ekonomi, Bogor -

        COVID-19 telah memakan ribuan korban di berbagai belahan dunia walau tingkat kematiannya ada di bawah Ebola (50%), MERS (34,3%), dan SARS (10%).

        Per Kamis (26/3/2020) pukul 10.42 WIB, ada 471.304 kasus di dunia. 114.642 di antaranya sembuh, sedangkan 21.291 lainnya kehilangan nyawa.

        Pertanyaannya, negara manakah yang jumlah korban coronanya paling tinggi? Apakah China, negara di mana virus itu pertama kali diidentifikasi?

        Berdasarkan data dari situs?World of Meters, berikut ini 5 negara dengan jumlah pasien corona meninggal tertinggi:

        1. Italia

        Ternyata, negara dengan jumlah korban meninggal karena corona yang tertinggi bukanlah China, melainkan Italia. Sampai hari ini, ada sekitar 74.386 kasus infeksi corona di sana, 7.503 di antaranya meninggal dunia dan 9.362 pasien yang sembuh.

        Artinya, tingkat kematian corona di Italia ada di angka 10%. Sementara, tingkat kematian global berada di angka 4,5%.

        Faktor umur, riwayat penyakit pribadi, kontak sosial yang intens, serta banyaknya tenaga medis yang bekerja tanpa alat pelindung diri (APD) memadai disebut sebagai sejumlah faktor di balik tingginya angka kematian corona di Italia.

        Italia sudah mengambil sejumlah langkah guna memerangi virus tersebut. Mulai dari kebijakan isolasi (lockdown) hingga penutupan bisnis yang dinilai tak penting. Wilayah yang terdampak kebijakan lockdown, antara lain: Lombardi, Venesia, Modena, Parma, Piacenza, Reggio Emilia, Veneto dan Rimini.

        Sekadar informasi, para pasien corona Italia ditampung di sejumlah rumah sakit, seperti RS Sacco Massimo Galli, RS Universitas dan Kota Brescia.?

        Pemerintah Italia juga akan mempercepat wisuda 10 ribu mahasiswa kedokteran supaya bisa segera membantu memerangi COVID-19.

        2. Spanyol

        Lagi-lagi, bukan China. Spanyol melaporkan 3.647 kematian dari total 49.515 kasus infeksi corona. Sementara, pasien yang sembuh berjumlah 5.367. Bila dihitung, tingkat kematian corona di Spanyol menginjak angka 7,36%.

        1/3 kasus positif corona dan setengah dari jumlah korban terjadi di area sekitar Madrid, menurut Kementerian Kesehatan Spanyol per Selasa (24/3/2020).

        Karena itulah, Balai Kota Madrid mengubah fungsi gelanggang es di pusat belanja Palacio de Hielo sebagai kamar mayat temporal.

        Selain itu, untuk mengatasi corona, Pemerintah Spanyol juga membangun rumah sakit sementara di pusat kongres Ifema. Menurut Menteri Pertahanan Spanyol, Miguel Angel Villaroya, unit militer telah menyiapkan 5.500 tempat tidur perawatan untuk pasien dengan gejala serius.

        Sementara, pasien dengan gejala yang lebih ringan dan perlu karantina akan dirawat di sejumlah hotel. Dua langkah itu diambil untuk mengatasi lonjakan pasien yang perlu dirawat di RS.

        Parahnya, banyak lansia yang ditemukan ditelantarkan dan meninggal dunia di rumah. Jaksa Penuntut setempat mengklaim sudah memulai penyelidikan untuk mendalami kasus tersebut.

        3. China

        China mencatatkan 81.285 total kasus corona, dengan 3.287 kematian dan 74.051 pasien sembuh. Artinya, angka kematiannya ada di angka 4%.

        Saat ini, ada toal 3.947 kasus aktif, 2.712 berada di kondisi ringan, sedangkan 1.235 masih dalam keadaan kritis.

        China berada di kondisi terburuk pada 12 Februari, dengan total 14.108 dalam sehari. Sementara kemarin (25/3/2020), China hanya mencatatkan 47 kasus baru.

        Karena itulah, China mendirikan sejumlah rumah sakit darurat di berbagai wilayah pada Februari. Pada 11 Maret lalu, 16 RS darurat di Wuhan dilaporkan sudah ditutup. 16 RS darurat itu diklaim menerima 13 ribu pasien corona.

        Meskipun begitu, Wuhan masih diisolasi (lockdown) selama 50 hari. Sebab, lebih dari 50% kasus berasal dari Wuhan, menurut laporan?NY Post.

        4. Iran

        Iran mencatatkan 27.017 kasus infeksi corona. 2.077 di antaranya meninggal, 9.625 lainnya sembuh. Sampai hari ini, masih ada 15.315 kasus aktif di negara itu--semuanya diklaim berada di kondisi?mild (ringan).

        Berdasarkan laporan laman?TIME, dokter dan perawat Iran menghadapi corona tanpa APD yang memadai pada minggu pertama krisis. Ilmuwan laboratorium yang bekerja di salah satu dari 5 RS umum di Qom yang menceritakan hal itu.

        Sekadar informasi, Qom merupakan kota pusat sebaran corona di Iran. Dari situ, corona menyebar ke Teheran, Isfahan, dan Kashan.

        Seorang ahli dari RAND Corporation di California, Ariane Tabatabai menilai, Iran mengambil langkah buruk untuk mengatasi corona; dari disinformasi sampai kewalahan berurusan dengan para wisatawan yang kembali dari China.

        Iran juga dinilai meremehkan tingkat infeksinya sehingga pada masa awal, hanya sedikit jumlah kasus yang terungkap. Para ahli di WHO menyetujui hal itu.

        Karena itulah, ketika keadaan memburuk, Iran mulai meningkatkan kapasitas produksi APD demi memenuhi kekurangan di kalangan tenaga medis. Iran juga meminjam dana darurat dari IMF guna memerangi virus corona.

        5. Prancis

        Ada 25.233 kasus infeksi corona di Prancis, 1.331 pasien di antaranya meninggal dunia, sedangkan 3.900 pasien dinyatakan sembuh. 20.002 kasus masih aktif dengan 17.175 berada di kondisi ringan, sedangkan 2.827 dalam kondisi kritis.

        Dengan tingkat kematian hampir 5,3%, Prancis mencatatkan 2.929 kasus infeksi hanya pada Rabu (25/3/2020). Untuk mengatasi itu, Pemerintah Prancis menerapkan kebijakan isolasi (lockdown) di seluruh negeri.

        Setidaknya, 100 ribu aparat diturunkan untuk memantau penerapan kebijakan itu. Orang yang melanggar akan dikenakan sanksi dan denda senilai Rp2,2 juta.

        Pemerintah juga membangun RS darurat di tempat parikir sebelah RS utama di Mulhouse, Haut-Rhin, Prancis timur. Wilayah itu jadi salah satu lokasi yang paling terdampak COVID-19.

        Pemerintah juga menutup bar, restoran, dan bioskop, serta meliburkan sekolah dan universitas. Bahkan, Pemilihan Kepala Daerah setempat juga ditunda pelaksanaannya.

        Kemarin, Prancis juga mengevakuasi 30 pasien corona dari timur ke wilayah lainnya, menurut Menteri Kesehatan, Olivier Veran. Perlu diketahui, pasien corona di Prancis ditangani di berbagai RS, seperti: RS Bichat-Claude Bernard, RS Prais, RS Lariboisi?re (Larib), RS Conception, RS Universitas Ambroise Pare.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Tanayastri Dini Isna
        Editor: Tanayastri Dini Isna

        Bagikan Artikel: