Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ngeri Covid-19 Meledak Lagi, Pakar Ingatkan Pintu-pintu Masuk Negara untuk Mengawasi...

Ngeri Covid-19 Meledak Lagi, Pakar Ingatkan Pintu-pintu Masuk Negara untuk Mengawasi... Kredit Foto: Getty Images
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pakar kebijakan publik Narasi Institute Achmad Nur Hidayat mengatakan Indonesia perlu pengawasan genom yang lebih baik. 

Ia mencontohkan sebuah kebijakan yang dipakai Amerika Serikat yakni Traveler-base Genomic Surveillance atau TGS. Ini dipakai jika virus corona terdeteksi, genom virus diurutkan untuk mengidentifikasi varian baru. Sampel disimpan anonim. 

Baca Juga: Awas Salah Arah! Indonesia Malah Cabut PPKM Pas Dunia Waspada Varian Baru Covid-19

TGS ini diterapkan di tujuh bandara, mencakup 500 penerbangan dari setidaknya 30 negara, termasuk sekitar 290 penerbangan mingguan dari China dan sekitarnya. Dan sekitar 80.000 wisatawan berpartisipasi dari November 2021 hingga Desember 2022. 

"Upaya ini semakin diperluas menjadi sistem radar nasional dan akhirnya global yang mengawasi munculnya virus dan bakteri di Amerika Serikat," kata Achmad dalam keterangan resmi yang diterima Warta Ekonomi.

Menurut dia, Indonesia tidak memiliki pengawasan genom virus yang massal melainkan hanya sampel di layanan kesehatan tertentu saja. Selebihnya tidak ada yang namanya pemantauan genom Covid-19.

"Indonesia semestinya melakukan hal yang sama untuk dapat mencegah masuknya pendatang dari China sebagai upaya memproteksi masyarakat dari virus yang dianggap semakin mengganas ini," ujarnya.

Selain itu, pakar Narasi Institute menegaskan, Indonesia perlu memperketat semua pendatang dari China dan khusus pendatang dari negara seperti China, Hong Kong, dan Taiwan perlu ada pemeriksaaan genom lanjutan dan semua pendatang tersebut genom sampelnya di simpan dalam  Genom Bank.

"Ini perlu dilakukan untuk mengembangan kehati-hatian pandemi masa depan. Patut diingat pandemi telah membunuh ratusan jiwa  dan memporakporanda ekonomi Indonesia dan membuat utang Indonesia semakin besar," pungkas Achmad.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Advertisement

Bagikan Artikel: