Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Profesor Stanford: Kita Overreacting terhadap Corona

        Profesor Stanford: Kita Overreacting terhadap Corona Kredit Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Profesor di Stanford University School of Medicine, John PA Ionnidis mengatakan, respons terhadap pandemi virus corona bisa jadi merupakan fiasco in the making. Karena kita membuat keputusan seismik berdasarkan pada data yang 'sangat bisa dipercaya'. Data yang kita miliki, kata Ionnidis, mengindikasikan bahwa kita mungkin sangat overreacting.

        "Penyakit akibat virus corona, Covid-19, telah disebut pandemik yang terjadi satu kali dalam satu abad. Namun, bisa juga bukti fiasco yang terjadi satu kali dalam satu abad," tulis Ionnidis dalam tulisan analisisnya yang dipublikasikan oleh STAS dan dikutip Daily Wire, Kamis (19/3/2020).

        Co-Director Pusat Meta-Riset Inovasi dan profesor ilmu kedokteran, data biomedical, epidemiologi, dan kesehatan populasi ini mengatakan, langkah-langkah melebihi yang dibutuhkan diadopsi banyak negara. Jika pandemi menghilang, apakah dengan sendirinya atau karena langkah-langkah social distancing dan lockdown, mungkin dapat ditoleransi.

        Baca Juga: Gawat! PBB Ramal 25 Juta Kehilangan Pekerjaan Gara-gara Pandemi Corona

        "Berapa lama upaya seperti ini dilanjutkan jika pandemi ini tidak berkurang? Apa yang bisa dikatakan para pembuat kebijakan jika mereka melakukan lebih banyak hal yang menolong daripada yang merusak?"

        Spesialis meta-riset ini berpendapat, data yang kita punya selama ini mengindikasikan bahwa langkah-langkah ekstrem yang diambil banyak negara mungkin sudah di luar batas dan bisa menghasilkan konsekuensi yang tidak penting, bahkan distruktif. Dikarenakan pengujian yang sangat terbatas, kita bisa-bisa kehilangan mayoritas infeksi dari Covid-19. Kemudian, membuat angka-angka fatalitas (kematian) yang dilaporkan WHO menjadi 'tak berarti'.

        "Pasien yang telah dites untuk SARS-Cov-2 adalah mereka yang memiliki gejala dan hasil yang buruk," kata Ionnidis. Dengan pengujian yang sangat terbatas pada banyak sistem kesehatan, dia mengatakan, bias seleksi hanya akan memperburuk keadaan ke depannya.

        Ionnidis kemudian memperkecil pandangan ke satu situasi di mana seluruh populasi tertutup dites. Contohnya, penumpang kapal Diamond Proncess yang dikarantina. Sementara angka kematiannya 1,0 persen, dia menggarisbawahi, populasinya lebih banyak lansia, yakni kelompok paling berisiko.

        Ionnidis menghitung berdasarkan usia populasi Amerika Serikat, angka kematiannya 0,125 persen, dengan range antara 0,025 persen hingga 0,625 persen pada ukuran sampel:?

        Angka mortalitas Diamond Princess berdasarkan usia populasi AS yang diproyeksikan, angka kematian di antara orang yang terinfeksi Covid-19 sekitar 0,125 persen. Namun, karena estimasi didasarkan pada data yang sangat tipis?hanya ada 7 kasus kematian dari 700 penumpang dan kru yang terinfeksi?angka kematian yang sebenarnya dapat merenggang dari lima kali lebih rendah menjadi lima kali lebih tinggi (0,625 persen).

        Baca Juga: 10 Provinsi Ini Terbanyak Pasien Corona se-Indonesia

        Mungkin juga beberapa penumpang yang terinfeksi akan meninggal kemudian, dan turis-turis memiliki frekuensi terhadap penyakit kronis yang berbeda-beda dari populasi secara umum. Estimasi yang masuk akal untuk rasio kasus kematian dalam populasi AS secara umum tersebut bervariasi dari 0,05 persen sampai 1 persen.

        Ionnidis menekankan range yang sangat lebar itu memengaruhi betapa sangat seriusnya pandemik ini dan apa yang seharusnya dilakukan.?

        "Angka kematian 0,05 persen untuk kasus populasi lebih rendah dari penyakit musiman influenza. Jika itu adalah angka sebenarnya, mengunci dunia dengan konsekuensi-konsekuensi finansial dan sosial sangatlah tidak rasional. Seperti gajah yang diserang seekor kucing rumah. Merasa frustrasi dan mencoba menghindari kucing, gajah tiba-tiba melompat dari tebing dan mati," papar Ionnidis.

        Bagi yang berpandangan bahwa angka kematian yang tinggi pada kelompok lanjut usia mengindikasikan angka kematian tidak bisa serendah 0,05 persen, sang profesor mencatat, "Meski beberapa tipe virus corona disebut flu ringan atau flu biasa bisa mengakibatkan angka kasus kematian menjadi setinggi 8 persen ketika menginfeksi para lansia di rumah jompo."

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Lili Lestari
        Editor: Rosmayanti

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: