Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Rusia Mengaku Ciptakan Obat Anti-Corona

        Rusia Mengaku Ciptakan Obat Anti-Corona Kredit Foto: Reuters/ Ivam Sekretarev/Poll
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Rusia sempat dihebohkan dengan judul utama media pemerintah, RIA Novosti: "Rusia Menciptakan Pengobatan untuk Virus Corona". Artikel itu memberitakan tentang penemuan obat untuk virus corona yang didasarkan pada mefloquine.

        Menurut laporan media Amerika Serikat, Daily Beast, Minggu (29/3/2020), mefloquine adalah obat anti-malaria yang dibuat di Pusat Medis Angkatan Darat Amerika Serikat, Walter Reed Medical, tak lama setelah Perang Vietnam dan secara luas dikenal sebagai Lariam. Mefloquine diciptakan untuk menggantikan chloroquine, obat anti-malaria lainnya, yang merupakan obat pilihan Presiden Donald Trump dalam pertempurannya yang meragukan melawan Covid-19.

        Baca Juga: Rusia dan Sejumlah Negara Ini Manfaatkan Teknologi buat Awasi Pasien Corona

        Obat ini masih diresepkan di banyak negara untuk mencegah dan mengobati malaria, tetapi memiliki efek samping yang parah dan kadang mengejutkan. Sebuah studi yang dilakukan pada 2001-2003 mengonfirmasi bahwa mefloquine dapat menyebabkan penyakit psikologis.

        Menghadapi berbagai sindiran di media sosial, media pemerintah Rusia tersebut mengubah berita utamanya menjadi berbunyi: "Rusia Menawarkan Obat untuk Mengobati Virus Corona." Perlu dicatat bahwa belum ada penyembuhan atau pengobatan yang disetujui untuk virus corona. Beberapa uji klinis untuk perawatan medis masih berlangsung.

        Tujuan dari pemberitaan tersebut dinilai lebih bernuansa propaganda ketimbang farmakologis. Media yang dikontrol Kremlin ini menyebarkan teori konspirasi yang menyalahkan AS (dan Ukraina) karena dianggap telah menciptakan dan menyebarkan virus corona. Dan, Rusia datang sebagai penyelamat seluruh umat manusia.

        Pada saat Kremlin dinilai telah menyembunyikan tingkat pandemi di Rusia, media ini mengkritik taktik Amerika dan Eropa untuk membendung pandemi.

        Mikhail Shchelkanov, ahli virologi dan Kepala Laboratorium Ekologi Mikroorganisme, Far Eastern Federal University (FEFU) School of Biomedicine, menggambarkan pendekatan Barat sebagai "taktik abad ke-18." Sebaliknya, ia mengklaim Rusia, sejak zaman Uni Soviet, memiliki sistem keamanan biologis terbaik di dunia.

        Tindakan-tindakan pencegahan yang direkomendasikan oleh lembaga pemerintah Rusia kepada masyarakat umum terkait virus corona memang tampak lebih ketat dari yang ditawarkan di Amerika Serikat.

        Misalnya, menyarankan semua orang untuk menggunakan masker wajah setiap hari di depan umum. Masker sekali pakai harus diganti setiap 2-3 jam. Risiko untuk individu yang lebih muda tidak diremehkan. Sebaliknya, orang tua disarankan untuk menjaga anak-anak mereka di rumah atau di halaman rumah.

        Ketika di tempat publik, anak-anak dilarang menyentuh permukaan apa pun atau berinteraksi dengan orang lain. Ada panduan publik sehubungan dengan disinfeksi makanan dan barang dagangan yang dibeli di toko.

        Selama acara televisi The Evening with Vladimir Soloviev, pembawa acara menggambarkan pendekatan Rusia lebih unggul dari Eropa dan Amerika Serikat. "Mereka berperilaku tidak beradab. Mereka bersikap amoral. Orang-orang kami bersatu dan ingin membantu orang lain. Orang Amerika hanya membeli senjata,? kata Soloviev.

        Kepada RIA Novosti, Shchelkanov memuji respons China terhadap pandemi dan mengutuk AS dan Eropa Barat karena kurangnya tindakan yang terkoordinasi. Dia juga memperkirakan virus corona dapat dengan mudah menyebar seperti api ke negara-negara tetangga. Dia mengklaim, Federasi Rusia akan terus menjadi benteng stabilitas Eropa.

        Muncul di acara Soloviev, ilmuwan politik Dmitry Evstafiev mencatat, "Setiap negara menggunakan pandemi virus corona sebagai cover, berusaha mencapai tujuan mereka sendiri."

        Salah satu tujuan paling mendesak Kremlin adalah penghapusan sanksi AS dan Eropa terhadap Rusia dan sekutu informalnya: Iran, Venezuela, dan Korea Utara. Para ahli di televisi pemerintah Rusia berulang kali menyatakan bahwa Kremlin harus memunculkan penghapusan sanksi di setiap kesempatan, terutama saat menawarkan bantuan terkait virus corona ke negara-negara Barat.

        Selama acara televisi, Soloviev menyatakan frustrasikarena Trump tidak mengerti apa-apa dan mengabaikan usulan Presiden Vladimir Putin pada KTT G20 baru-baru ini yang menyerukan agar semua sanksi segera dicabut.

        Soloviev berpendapat, negara pertama yang mampu membuat vaksin virus corona akan memperoleh instrumen tekanan politik yang sangat besar. Rusia secara aktif berupaya mengembangkan pengaruh global seperti itu. Namun, obat yang belum terbukti mujarab yang sedang digembar-gemborkannya dibuat di AS.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Lili Lestari
        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Bagikan Artikel: