Eks Menkes: Jangan Beli Vaksin Covid-19 Garapan Bill Gates, Kenapa Nih?
Mantan Menteri Kesehatan, Siti Fadilah Supari meminta pemerintah untuk tidak tergius membeli vaksi Covid-19 yang digarap oleh pendiri Microsoft Corporation, Bill Gates.
"Untuk menghadapi wabah corona di Indonesia, sebaiknya pemerintah tidak menggunakan vaksin yang diproduksi oleh perusahaan-perusahaan farmasi yang berkaitan dengan Bill Gates," ujarnya dalam keterangan yang diterima, Senin (20/4/2020).
Baca Juga: Ribuan Hoaks Serang Bill Gates, Bahkan Disebut Pembuat Virus Corona!
Baca Juga: Donald Trump Ancam Setop Dana WHO, Bill Gates Marah: Berbahaya! Dunia Lebih Butuh WHO
Lanjutnya, ia pun memberikan beberapa alasan. Yang pertama, belum diketahui sejak kapan bibit penyakit yang sudah dilemahkan itu dibuat. Padahal, prosesnya memerlukan waktu yang tak sebentar.
"Kalau Bill Gates sudah siap dengan vaksin corona sekarang, kapan dia punya seed (bibit) virusnya? Apa sebelum pandemic corona? Apalagi pada tahun 2015, dia telah mengumumkan akan ada pandemik besar di 2020," jelasnya.
Kemudian yang kedua, belum jelas dari negara mana saja galur (strain) bibit SARS-CoV-2 yang digunakan itu untuk membuat vaksin. Soalnya, beberapa ahli di dunia berpendapat, virus terus berubah sampai sekarang.
"Bermutasi terus," jelasnya.
Sambungnya, "Dan kabarnya, sekarang menjadi tiga clade, bahkan ada yang mengatakan telah menjadi enam clade," kata dia.
Lebih lanjut, ia pun menduga akan ditanam mikrocip. Diduga, untuk memantau orang yang telah menggunakan vaksin tersebut. Padahal, berdampak negatif terhadap tubuh dalam jangka panjang.
"Apa betul microchip itu hanya untuk tanda, seperti yang dia katakan? Tidak ada bukti sama sekali," tegasnya.
Karena itu, ia meminta pemerintah untuk waspada, terlebih ini memiliki proyek ambisius, depopulasi, demi mengatur jumlah penduduk dunia.
Terakhir, ia pun mempertanyakan sejak kapan Bill Gates mempunyai virus tersebut. "Apakah dia telah memiliki virus corona sebelum pandemi terjadi?" tanyanya.
Menurutnya, Indonesia tak perlu vaksin Covid-19 untuk sementara ini. Alasannya, virus sangat labil dan tidak memilik data valid tentang orang-orang yang terinfeksi.
"Demi ketahanan nasional kita, andaikan kita pada suatu saat memerlukan vaksin (ada syarat tertentu), kita harus mampu membuat vaksin mandiri dengan strain kita sendiri, dengan keamanan yang bisa kita percaya, tidak ditumpangi kepentingan politik bangsa lain," tuturnya.
Diketahui, perusahaan bioteknologi berbasis di Amerika Serikat (AS), Inovio Pharmaceuticals, tengah mengembangkan vaksin Covid-19–diberi nama INO-4800. Pengembangannya disokong Bill and Melinda Gates dan Foundation Coalition for Epidemic Preparedness Innovations.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait: