Dunia tengah gempar lantaran harga minyak mentah dunia jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei anjlok ke minus USD 37,63 per barel. Hal ini terjadi akibat pandemi virus corona yang belum berakhir.
Minyak jenis WTI atau yang lebih dikenal dengan light sweet ini biasanya jadi acuan Amerika Serikat karena minyak jenis ini dijadikan underlying aset untuk harga komoditas minyak mentah kontrak New York Merchantile Exchange (NYMEX).
Baca Juga: Minyak AS Terpukul Serendah-rendahnya hingga Minus, Terburuk dalam Sejarah!
Dilansir dari New York Times di Jakarta, Selasa (21/4/2020) seperti pada awal tahun ini, minyak dunia telah dijual lebih dari USD 60 per barel, tetapi pada hari Jumat mencapai sekitar USD 20. Lantas, mengapa harganya bisa menurun drastis menjadi negatif?
1. Permintaan menurun, minyak mentah melimpah
Meski ada kesepakatan oleh Arab Saudi, Rusia, dan negara-negara lain untuk mengurangi produksi, namun dunia kehabisan tempat untuk menaruh semua minyak yang terus dipompa industri. Terdapat sekitar 100 juta barel per hari yang dipompa oleh industri.
2. Kontak berjangka berakhir tanpa perpanjangan
Masih menurut NY Times, kontrak berjangka yang mengharuskan pembeli untuk memiliki minyak pada bulan Mei akan berakhir pada hari Selasa. Namun, tidak ada yang memperpanjang kontrak tersebut karena merasa tidak membutuhkan minyak lantaran sudah tak ada tempat untuk menyimpannya.
Sementara kontrak untuk pengiriman Juni masih diperdagangkan sekitar USD 22 per barel, turun 16 persen untuk hari itu. Untuk diketahui, kontrak berjangka adalah kontrak untuk pengiriman fisik komoditas atau efek tertentu yang mendasarinya.
3. Kelebihan minyak mentah dunia
Beberapa kelebihan minyak terlihat jelas di Cushing, Okla., Pusat penyimpanan penting tempat minyak yang diperdagangkan di pasar berjangka AS. Dengan kapasitas menampung 80 juta barel minyak, Cushing kini hanya memiliki sisa 21 juta barel untuk penyimpanan gratis.
Penyimpanan hampir sepenuhnya terisi di Karibia dan Afrika Selatan, dan Angola, Brasil, dan Nigeria mungkin kehabisan kapasitas gudang dalam beberapa hari.
4. Produksi minyak masih terus dilakukan
Dilansir dari Dallas News di Jakarta, Selasa (21/4/2020) kurangnya penyimpanan dikombinasikan dengan produksi yang masih di atas permintaan minyak dunia, padahal permintaan telah turun 30% hanya dalam beberapa bulan hingga menciptakan jatuhnya harga minyak yang tak terpikirkan.
Dunia beralih dari mengonsumsi 100 juta barel per hari menjadi sekitar 70 juta, dan tidak ada tempat untuk menyimpan kelebihannya.
Lantas, bagaimana agar harga minyak mentah dunia bisa kembali stabil?
Masih menurut Dallas News, harga minyak harus kembali hingga USD 50 per barel agar pengeboran di Permian Basin bermanfaat. Dan sumur produksi membutuhkan minyak sekitar USD 25 hingga USD 30 per barel untuk mencapai titik impas.
Langkah ekstrem tersebut menunjukkan betapa kelebihan pasokan pasar minyak AS, dengan aktivitas industri dan ekonomi terhenti akibat lockdown di sejumlah negara karena penyebaran virus corona.
Ada tanda-tanda kelemahan di mana-mana. Bahkan sebelum kejatuhan harga minyak mentah pada Senin, pembeli di Texas menawarkan sesedikit hanya USD 2 per barel minggu lalu untuk beberapa aliran minyak. Di Asia, bankir juga semakin enggan memberikan kredit kepada pedagang komoditas demi bertahan hidup karena pemberi pinjaman takut akan risiko gagal bayar yang besar.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami
Tag Terkait: