Harga minyak mentah dunia kembali melemah pada perdagangan di Selasa (17/12). Katalis kondisi geopolitik yang tak stabil tak bisa membendung kekhawatiran terkait lemahnya permintaan global, khususnya dari China.
Dilansir Rabu (18/12), West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Januari 2025 turun 63 sen atau 0,89% ke level US$70,08 per barel di New York Mercantile Exchange. Sementara Brent Crude untuk pengiriman Januari 2025 merosot 72 sen atau 0,97% menjadi US$73,19 per barel di London ICE Futures Exchange.
Baca Juga: Komitmen Keberlanjutan, Kilang Pertamina Internasional Siap Olah Minyak Jelantah
China menjadi sorotan setelah data terbaru menunjukkan indeks belanja konsumen negara tersebut melemah meski ada lonjakan dalam produksi industri. Hal ini menambah kekhawatiran tentang rapuhnya pemulihan ekonomi salah satu negara konsumen minyak terbesar dunia itu.
Badan Energi Internasional (IEA) juga baru-baru ini memprediksi pasar minyak global akan mengalami surplus pasokan sebesar 950.000 barel per hari atau hampir 1% dari total pasokan global.
Kedua hal tersebut membuat pasar khawatir terhadap perkembangan harga minyak. Mereka memilihi untuk mengambil langkah ambil untung setelah komoditas tersebut mengalami reli hingga naik 6%.
Adapun Sanksi Uni Eropa minim efeknya terhadap Rusia. Hal ini karena negara tersebut tak bergantung lagi kepada layanan dari blok barat dan semakin bergantung pada layanan non-Barat.
Investor kini tengah menantikan keputusan dari Federal Reserve (The Fed). Mereka optimis akan ada pemangkasan suku bunga sebesar 0,25%.
Baca Juga: RAJA Divestasi 13% Saham RATU Lewat IPO, Bidik Pertumbuhan Sektor Hulu Migas
Meskipun suku bunga lebih rendah biasanya mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan permintaan minyak, ketidakpastian ekonomi global tetap mendominasi pasar.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement