Jumlah kasus Coronavirus Disease atau Covid-19 di Jawa Timur per Minggu (3/5/2020) mencapai 1.114. Sebanyak 820 pasien masih dirawat, 177 orang sudah sembuh, dan 117 pasien meninggal dunia. Secara nasional, angka tersebut tertinggi kedua setelah DKI Jakarta yang tembus di angka 4.463 kasus.
Kasus yang menjadi perhatian ialah di tiga daerah yang kini menerapkan pembatasan sosial berskala besar atau PSBB, yaitu Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, dan Gresik (Surabaya Raya). Di Surabaya, berdasarkan data per Minggu ini, sebanyak 554 kasus. Dari jumlah itu, sebanyak 84 orang sudah sembuh, 71 pasien meninggal dunia, dan sisanya masih dalam perawatan.
Sementara di Sidoarjo, jumlah kasus sebanyak 119. Dari jumlah itu, delapan orang sembuh, 13 meninggal dunia, dan sisanya masih dirawat. Sementara di Gresik, jumlah kasus sebanyak 32. Dari jumlah itu, delapan orang dinyatakan sembuh, lima pasien meninggal dunia, dan sisanya masih dalam perawatan.
Baca Juga: Covid-19 Menyerang, Arus Peti Kemas Pelindo III Tak Naik Signifikan
Kasus di beberapa daerah lain di luar Surabaya Raya juga bertambah signifikan, seperti di Malang Raya dan Lamongan. Melonjaknya kasus Corona di Jatim ini membuat rumah sakit rujukan penuh. Bahkan, Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Covid-19 Jatim Joni Wahyuadi mengatakan, secara teoritis sebetulnya rumah sakit sudah overload.
Overload karena rumah sakit tidak hanya merawat pasien yang positif, tapi juga yang termasuk pasien dalam pengawasan atau PDP yang jumlahnya dari hari ke hari juga meningkat.
"Secara teoritis rumah sakit kita sudah overload. Overload-nya sudah cukup mengkhawatirkan," kata Joni di Gedung Negara Grahadi Surabaya pada Minggu malam.
Ia merinci,Surabaya sudah merawat 798 pasien. Jumlah itu dua kali lipat lebih banyak dari ketersediaan 403 bangsal. Dengan demikian, sebanyak 395 pasien tidak kebagian bangsal. Di Sidoarjo, pasien yang dirawat sebanyak 212 orang, sementara ketersediaan bangsal hanya 160.
Di Gresik, kata Joni, pasien yang dirawat sementara ini sebanyak 112 orang, sementara bangsal yang tersedia hanya sebanyak 24. Dengan demikian, 97 pasien tidak kebagian bangsal khusus untuk penanganan corona.
Mengatasi itu, dua langkah bisa dilakukan, yaitu, pertama, mempercepat penambahan fasilitas di rumah sakit yang ada atau menyulap gedung lain untuk dibuat rumah sakit dadakan. "Pemerintah provinsi bersama dengan Kementerian Pendidikan dan para donatur berupaya untuk membuka rumah sakit di Unair, insyallah satu atau dua hari ini akan selesai dan bisa ditempati, kira-kira sampai 200 lebih (pasien)," ujarnya.
Baca Juga: Karena Nila Setitik Rusak Susu Sebelanga, Bang Sandi Di-Bully Abis-abisan Simpatisannya
Selain itu, menurut Dirut RSUD dr Soetomo Surabaya tersebut, pemerintah mengupayakan pengalihfungsian sementara Gedung Puslitbang Humaniora di Jalan Indrapura, Surabaya, untuk dipakai sebagai rumah sakit darurat. Joni mengaku sudah mendapatkan izin dari Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar terkait rencana itu. Nantinya, RS darurat itu diperkirakan mampu menampung 500 pasien.
Langkah kedua ialah merawat pasien positif atau PDP yang tidak memiliki gejala klinis berat di luar rumah sakit. Joni tak menyebut secara rinci teknis penanganannya seperti apa. Menurutnya, "Tidak harus semua orang dengan status PDP atau confirm (positif) harus masuk rumah sakit. Asal, rumah dan perilakunya memenuhi syarat."
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: