Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        The New Normal, Gelombang Pasca Covid-19

        The New Normal, Gelombang Pasca Covid-19 Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Efek berkelanjutan dari wabah virus corona (Covid-19) sudah mulai terasa secara global. 3,6 juta orang sudah terinfeksi dan membunuh sebanyak 252.429 orang di seluruh dunia (Worldometer, 5/5/2020).

        Covid-19 tentu bisa dilihat sebagai wabah lebih besar dengan angka kematian yang terus bertambah setiap harinya dibanding wabah SARS pada 2003 yang menginfeksi sekitar 8.000 orang dan membunuh 774 orang (World Economic Forum, 2020).

        Dampak dari Covid-19 ini juga menyembabkan naiknya angka pengangguran baru akibat kebijakan lockdown yang juga menghentikan sebagian besar arus ekonomi di beberapa negara.

        Baca Juga: Bisnis Terpukul Sampai PHK 70% Staf, Startup Sewa Hotel Airy Disebut Bakal Setop Bisnis di Tanah Air

        ILO atau Organisasi Perburuhan Internasioal sudah memperkirakan sekitar 25 juta orang menganggur karena efek dari Covid-19 ini yang bahkan sebelum ada wabah ini pun angkanya sudah mencapai 190 juta orang jika mengutip dari United Nation News (8/4/2020).

        Di Indonesia sendiri, menurut data BPS yang dilaporkan pada Februari 2020, tercatat jumlah pengangguran ada di angka 6,88 juta dari total 137,03 juta jumlah angkatan kerja. Ini terdata sebelum Presiden Jokowi mengumumkan dua kasus positif corona di Depok.

        BPS memproyeksikan, jika wabah corona ini selesai sesuai dengan perkiraan BNPB yaitu 29 Mei 2020, maka tingkat pengangguran bisa naik 4,8%-5% dari angkatan kerja tahun ini. Apabila tidak selesai sesuai perkiraan BNPB, angka pengangguran bisa lebih tinggi dari angka tersebut.

        Secara sederhana, pengangguran bisa menyebabkan angka pendapatan riil nasional lebih rendah dibandingkan angka pendapatan seharusnya. Hal ini bisa menyebabkan masyarakat kurang memaksimalkan tingkat kemakmurannya. Belum lagi, daya beli menurun sehingga permintaan barang-barang hasil produksi jadi berkurang.

        Kemudian, pengangguran juga akan berpengaruh pada pendapatan nasional yang berasal dari sektor pajak yang ikut berkurang. Pajak pun digunakan untuk kegiatan ekonomi pemerintah, seperti pembangunan, akan juga ikut menurun.

        Inilah tantangan berat atau gelombang yang akan dihadapi Indonesia pasca Covid-19, bahkan mungkin semua negara akan menghadapi hal ini.

        Pemerintah mengeluarkan beberapa program untuk mengantisipasi dampak corona, salah satunya program Kartu Prakerja yang awalnya dianggarkan Rp10 triliun, naik menjadi Rp20 triliun. Program ini tidak spesifik menyasar korban PHK akibat Covid-19, tapi menargetkan masyarakat umum yang menganggur yang mencapai 7,05 juta dan harapannya dari total anggaran, 5,6 juta pengangguran bisa terfasilitasi oleh program ini.

        Tantangan sebenarnya adalah bagaimana bisa menciptakan lapangan pekerjaan pasca Covid-19 dan bisa mengakomodasi peserta program Kartu Pra Kerja tersebut. Pengangguran terjadi ketika jumlah lapangan kerja lebih sedikit dari jumlah tenaga kerja.

        Walaupun keterampilan diasah, jika mental kerja tercipta hanya mengandalkan lapangan pekerjaan dari orang lain, namun tidak menciptakan lapangan kerja itu sendiri, akan jadi tantangan selanjutnya dari program Kartu Prakerja.

        Stay @Home Economy gagasan Yuswohady, pakar marketing, seolah menjadi The New Normal dari perilaku konsumen yang harus juga diperhatikan pada masa Covid-19. Perilaku di mana masyarakat lebih mengaktifkan mode bertahan hidup, lebih konservatif, dan berhati-hati membeli kebutuhan konsumsi hingga akibatnya sektor-sektor pariwisata, seperti penginapan, penerbangan, kuliner, olahraga dan Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE) masih akan terganggu, bahkan setelah Covid-19 ini selesai. Dua sampai tiga bulan ke depan usai Covid-19 dianggap sebagai masa recovery.

        Hal ini harus diperhatikan untuk para pelaku bisnis untuk memulai atau mengembangkan ide bisnisnya dengan penciptaan lapangan kerja untuk penyerapan angka pengangguran. Jangan sampai proses peningkatan ekonomi dengan penciptaan lapangan kerja tersebut jadi salah strategi karena salah memperkirakan perilaku konsumen saat atau bahkan pasca Covid-19.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Rosmayanti

        Bagikan Artikel: