Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Kabar Baik, Tak Ada Bukti Mutasi Virus Corona Bisa Tingkatkan Penularan

        Kabar Baik, Tak Ada Bukti Mutasi Virus Corona Bisa Tingkatkan Penularan Kredit Foto: Reuters/Hannah A Bullock and Azaibi Tamin
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Sejak kemunculan SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan Covid-19 pada akhir 2019. Virus ini bermutasi dalam kode genetiknya, yang terdiri dari RNA rantai tunggal. 

        Ada kekhawatiran bahwa beberapa mutasi ini dapat meningkatkan penularan, mengingat kemampuannya yang dapat menyebar di antara orang-orang. 

        Para peneliti di Institut Genetika Universitas College London (UCL) di Inggris kini telah menganalisis genom lebih dari 15.000 sampel SARS-CoV-2. Para peneliti ini berasal dari 75 negara yang berbeda.

        Baca Juga: Tren Kasus Covid-19 di Indonesia Terus Turun, Opung Luhut yang Ngomong

        Mereka menemukan bahwa tidak ada mutasi berulang yang menunjukkan bukti peningkatan penularan virus. Sebagian besar tampaknya memiliki efek netral atau sedikit merugikan pada virus, demikian menurut laman Medical News Today

        Mutasi virus corona baru dan semua virus RNA, dapat terjadi karena tiga proses utama. Mereka dapat terjadi karena 'kesalahan' (kesalahan dalam menyalin RNA ketika virus bereplikasi), melalui interaksi dengan virus lain yang menginfeksi sel inang yang sama atau karena perubahan yang disebabkan oleh sistem kekebalan sendiri.

        Kebanyakan mutasi tidak berpengaruh pada penyebaran virus. Dengan kata lain, mereka netral, tetapi mutasi juga dapat merusak atau bermanfaat bagi virus. Mengidentifikasi mutasi yang dapat meningkatkan kemampuan virus untuk menyebar ke seluruh populasi manusia sangat penting karena dapat membantu mengendalikan pandemi.

        "Karena semakin banyak mutasi telah didokumentasikan, para ilmuwan dengan cepat berusaha mencari tahu apakah ada di antara mereka yang dapat membuat virus lebih menular atau mematikan karena penting untuk memahami perubahan tersebut sedini mungkin," ujar Prof François Balloux, penulis senior dalam studi ini.

        Dengan menggunakan sampel dari 15.691 genom SARS-CoV-2 dari pasien Covid-19 di seluruh dunia, para peneliti mengidentifikasi 6.822 mutasi yang berbeda. Dari jumlah tersebut, 273 telah terjadi berulang kali dan mandiri.

        Mutasi berulang penting untuk dipelajari karena generasi berulang mereka menunjukkan bahwa mereka mungkin memiliki beberapa keuntungan terhadap virus. Penelitian kemudian berfokus pada 31 mutasi yang telah terjadi secara independen setidaknya 10 kali selama pandemi.

        Untuk menentukan apakah mutasi dapat meningkatkan kemampuan virus untuk menyebar di antara manusia, para peneliti membuat model pohon evolusi SARS-CoV-2. Mereka kemudian menganalisis apakah keturunan virus dengan mutasi tertentu dapat mengungguli virus lain tanpa itu.

        Hasilnya, mereka tidak menemukan bukti yang menunjukkan bahwa mutasi yang umum meningkatkan kemampuan virus untuk menyebar. Faktanya, sebagian besar mutasi sedikit merusak virus, dan sisanya netral.

        "Kami menggunakan teknik baru untuk menentukan apakah virus dengan mutasi baru benar-benar ditularkan pada tingkat yang lebih tinggi dan menemukan bahwa tidak ada kandidat mutasi yang tampaknya menguntungkan virus," tutur dia. 

        Para peneliti sangat tertarik pada mutasi yang disebut D614G, yang berada dalam wilayah protein lonjakan virus. Protein lonjakan penting karena memediasi perlekatan pada sel inang, yang memungkinkan virus untuk masuk dan menginfeksinya. Meski, ada laporan yang menyatakan bahwa mutasi D614G dapat meningkatkan penularan virus.

        Walaupun analisis ini menemukan 12 kejadian independen dari mutasi ini, para peneliti tidak menemukan bukti yang menunjukkan bahwa itu terkait dengan peningkatan penularan.

        "Diharapkan hanya virus yang akan bermutasi dan akhirnya menyimpang menjadi garis keturunan yang berbeda karena menjadi lebih umum pada populasi manusia, tetapi ini tidak berarti bahwa setiap garis keturunan akan muncul yang lebih mudah menular atau berbahaya," kata Lucy van Dorp, penulis pada penelitian pertama.

        Baca Juga: Covid-19 Terus Mengganas, AS Malah Kirim 2.000 Marinir ke Timteng

        Analisis lebih lanjut mengungkapkan bahwa sebagian besar mutasi yang diidentifikasi disebabkan karena interaksi dalam sistem kekebalan tubuh manusia, dibanding virus yang beradaptasi dengan kita. Sistem penyuntingan RNA penting dalam pengembangan sistem kekebalan tubuh manusia dan dalam hal ini, bertanggung jawab untuk mengedit RNA virus dan menyebabkan mutasi.

        Penting untuk dicatat bahwa karena sifat mendesak dari situasi saat ini, penelitian ini belum menjalani ulasan lebih lanjut. Penelitian ini juga memiliki beberapa keterbatasan lain, termasuk bias yang terkait dengan data genom publik dan asumsi yang dibuat para peneliti selama proses pemodelan.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Rosmayanti

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: