Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Banjir Bandang di Yaman Selatan Tewaskan Lima Orang dan Menggusur Ratusan Penduduk

        Banjir Bandang di Yaman Selatan Tewaskan Lima Orang dan Menggusur Ratusan Penduduk Kredit Foto: AFP/Saleh Ahmad Bajamzeh
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Hujan deras dan banjir bandang melanda provinsi-provinsi di wilayah Yaman selatan pada hari Rabu dan Kamis. Sedikitnya lima orang tewas dan ratusan keluarga mengungsi.

        Hujan deras yang dimulai pada hari Rabu di provinsi selatan Yaman, Hadramout, memicu banjir bandang yang menewaskan lima gembala di lembah Henan dan merusak pertanian.

        "Kelima pemuda itu pergi ke lembah untuk membawa kembali unta dan domba mereka sebelum banjir menghanyutkan mereka," ujar seorang pejabat pemerintah setempat, Hesham al-Souaidi, seperti dikutip dari Arab News, Jumat (5/6/2020).

        Pemerintah dan warga setempat telah menemukan tiga mayat korban dan masih mencari dua lainnya.

        Al-Souaidi mengatakan bahwa banjir juga menghancurkan pertanian dan membunuh sejumlah besar ternak di pertanian Wadi Hadramout.

        Provinsi Yaman selatan telah bersiap menghadapi depresi tropis sejak Sabtu, melanda kota Salalah di selatan Oman, ketika Pusat Meteorologi Nasional negara itu mengeluarkan peringatan, mendesak warga Yaman untuk tidak bepergian selama badai dan menghindari banjir.

        Di bagian pantai Hadramout, ratusan keluarga yang tinggal di dekat aliran banjir terpaksa mengungsi setelah banjir mencapai level yang belum pernah terjadi sebelumnya.

        Amen Barezaeg, seorang pejabat pemerintah setempat yang ditugaskan oleh gubernur Hadramout untuk memimpin sebuah komite bantuan, mengatakan kepada Arab News bahwa timnya telah mendokumentasikan perpindahan 450 keluarga dari distrik Mayfa Hajer, menambahkan bahwa banjir merusak jalan, pertanian dan mengisolasi banyak daerah terpencil di provinsi.

        “Kami sekarang sedang berupaya membuka kembali jalan untuk mencapai desa-desa yang terisolasi. Kerusakannya sangat besar,” katanya.

        Banjir bandang membuat puluhan keluarga kehilangan tempat tinggal, menghanyutkan ratusan pohon palem dan merusak puluhan rumah di kota Haji, sebelah barat kota Al-Mukalla, Ibu Kota provinsi Hadramout.

        Di beberapa daerah Hadramout, warga mengatakan banjir lebih merusak daripada yang disebabkan oleh topan selama lima tahun terakhir.

        “Kami belum pernah melihat banjir seperti ini. Hanya banjir pada tahun 1996 yang sekuat ini,” kata Mohammed Bahamel, seorang jurnalis dari desa Boroum Mayfa, sebelah barat Al-Mukalla, kepada Arab News.

        Hujan lebat memicu banjir bandang yang mendatangkan malapetaka serupa juga terjadi di Shabwa, Abyan dan Aden. Tetapi, menurut pejabat setempat, tidak ada korban yang dilaporkan.

        Seorang pejabat pemerintah di provinsi Shabwa mengatakan kepada Arab News bahwa banjir menghanyutkan pertanian, desa-desa terpencil dan merusak beberapa rumah.

        Di Aden, buldoser terlihat membersihkan lumpur dari jalan ketika pejabat pemerintah memeriksa kerusakan yang disebabkan oleh hujan.

        Pada bulan April, pemerintah yang diakui secara internasional mendeklarasikan Aden, Ibu Kota sementara Yaman, sebagai daerah "bencana" setelah hujan lebat dan banjir besar menewaskan lebih dari 10 orang dan merusak infrastruktur.

        Pejabat kesehatan setempat dan penduduk mengatakan bahwa curah hujan terbaru mungkin waktu yang tepat untuk penyebaran virus Corona dan penyakit lain yang menewaskan lebih dari 1.000 orang pada Mei.

        Banjir hari Rabu menghancurkan jalan utama yang menghubungkan provinsi Hadramout dengan Aden, mengganggu pergerakan tim medis dan pasokan medis vital, termasuk peralatan pengujian, kata para pejabat.

        Ahli meteorologi meramalkan bahwa hujan akan menghilang pada akhir pekan.

        “Sisa-sisa depresi tropis terus menghasilkan hujan di Yaman barat daya. Hujan akan berkurang di daerah itu pada hari Jumat,” Jason Nicholls, seorang ahli meteorologi untuk AccuWeather, mengatakan di Twitter pada hari Kamis.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: