Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Eh, What? Dodol dari Kelapa Sawit?

        Eh, What? Dodol dari Kelapa Sawit? Kredit Foto: Antara/Adiwinata Solihin
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Masyarakat Indonesia, khususnya yang berdomisili di Pulau Jawa, sudah sangat tidak asing dengan makanan tradisional dodol. Ya, makanan berbahan baku santan kelapa dan gula merah ini menjadi brand city di beberapa daerah di Pulau Jawa.

        Meski begitu, apa jadinya jika bahan baku dari pembuatan dodol tersebut adalah buah kelapa sawit? Dodol kelapa sawit merupakan salah satu makanan unik yang diproduksi oleh kelompok PKK Desa Alam Panjang, Kecamatan Rumbio Jaya, Kabupaten Kampar, Riau. Desa Alam Panjang memiliki luas wilayah sekitar 3.600 hektare dengan 3,6 persen atau sekitar 130 hektare dari luas wilayah tersebut ditanami kelapa sawit.

        Baca Juga: Researchers: Boikot Sawit Berdampak Buruk bagi Ekonomi dan Lingkungan!

        Mengingat potensi kelapa sawit yang besar di wilayah tersebut, kelompok PKK di Desa Alam Panjang mencoba kreativitas dengan membuat usaha bersama untuk memproduksi dodol kelapa sawit. Buah kelapa sawit yang dapat diolah menjadi dodol memiliki ciri kulit buah berwarna merah.

        Dalam proses pembuatannya, buah kelapa sawit dipisahkan dari tandan lalu dicuci terlebih dahulu. Buah sawit yang sudah dibersihkan tersebut direbus dan kemudian dihaluskan untuk diambil saripatinya. Nah, saripati sawit inilah yang kemudian dicampurkan ke dalam adonan santan kelapa, gula merah, tepung ketan, dan tepung beras.

        Penjualan dodol kelapa sawit yang diproduksi oleh anggota kelompok PKK Desa Alam Panjang hanya dilakukan ketika pameran saja. Menurut salah seorang anggota PKK yang ikut pameran, saat pameran berlangsung banyak konsumen dari Malaysia dan luar Provinsi Riau yang berminat dengan dodol tersebut.

        Namun, para konsumen tidak pernah memesan lagi karena komunikasi yang terputus. Tidak hanya itu, produksi dodol di Desa Alam Panjang yang tidak kontinyu disebabkan peralatan yang digunakan masih sangat sederhana dan dalam proses pembuatannya juga membutuhkan waktu yang cukup lama.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Ellisa Agri Elfadina
        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: