Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Waspada, 70% Orang Kena Corona Cuma Batuk dan Demam Ringan Saja

        Waspada, 70% Orang Kena Corona Cuma Batuk dan Demam Ringan Saja Kredit Foto: Antara/Nova Wahyudi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Mayoritas kasus positif Covid-19 ternyata hanya diawali batuk dan demam ringan. Karenanya, masyarakat yang mengalami gejala seperti itu jangan menganggap sepele karena bisa menularkan orang lain. 

        Harus patuh terhadap protokol kesehatan untuk memutus rantai virus tersebut.

        “Dari data yang kami kumpulkan hampir 70 persen kasus positif ini keluhannya minimal (batuk dan demam). Sehingga masyarakat mengira itu bukan penyakit Covid-19,” ungkap Juru bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto dalam gelar wicara virtual yang diselenggarakan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 di Kantor Graha BNPB, Jakarta, kemarin.

        Baca Juga: Kabar Baik Corona Hari Ini: 3.035 Pasien Covid-19 di Wisma Atlet Sembuh!

        Untuk membuktikan seseorang positif atau negatif Covid19, Yuri menjelaskan, tidak bisa hanya dengan praduga tetapi harus melalui tes. Dan, tes itu harus sesuai standar yang diakui oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) adalah pemeriksaan dengan metode Polymerase Chain Reaction (PCR). 

        Yuri menerangkan, proses inkubasi Covid-19 adalah 14 hari. Dan, untuk seseorang terkena Covid-19 belum tentu langsung menunjukkan gejala.

        “Bisa saja bisa terinfeksi hari ini gejala baru muncul nanti di hari ke-14, meskipun rata-rata kalau kita lihat data sekarang ini mungkin akan muncul di hari kelima atau keenam,” jelasnya.

        Jika gejala tidak muncul dalam 14 hari, lanjut Yurianto, orang tersebut bisa dikatakan memang tidak terinfeksi atau virus itu memang sudah tidak ada lagi di dalam tubuhnya. 

        Yuri menuturkan, tes terhadap masyarakat, baik yang mengalami gejala terkena Covid-19 maupun yang tidak, sangat penting. Sebab, hasil tes berguna untuk pemerintah menindaklanjutinya untuk menanganinya sekaligus mencegah penularan Covid-19. 

        Sebagaimana arahan Presiden Jokowi, papar Yuri, tes Covid-19 harus dilakukan secara masif. Namun ditekankannya, pemeriksaan itu didasarkan pada pelacakan kontak dekat dengan yang terkonfirmasi positif jadi bukan sekadar bersifat massal saja. 

        “Semua kasus yang dicurigai dari contact tracing pelacakan kontak yang kontak dekat dengan terkonfirmasi yang sudah dipastikan harus dilakukan tes dalam cara mencari dan mengisolasi agar tidak menjadi sumber penularan di komunitasnya,” imbuhnya. 

        Yuri mengingatkan, masyarakat agar terus mematuhi protokol kesehatan. Sebab hidup sehat sangat penting agar bisa hidup produktif. Misalnya, seseorang menjadi kepala keluarga. Jika dia sakit, maka tidak bisa memberikan nafkah keluarganya. 

        Padahal, memberikan nafkah merupakan kewajiban seseorang kepala keluarga. Dia menilai, orang tidak mematuhi protokol kesehatan kemudian terkena Covid-19 bukanlah takdir. Tapi itu pilihan hidup orang itu untuk memilih cara hidup yang berpotensi terkena penyakit. 

        “Jika ada yang memilih tidak mengikuti protokol kesehatan dan ternyata menjadi sakit itu menjadi wajar karena tidak patuh,” imbuhnya. 

        Yuri tidak mau berandai-andai kapan pandemi Covid-19 bisa mereda di Indonesia. Karena hal itu sama dengan tidak bisa berharap semua rakyat Indonesia bisa langsung patuh. 

        Dia berharap, masyarakat bisa mengambil pelajaran dari pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Kebijakan pemerintah mendisiplinkan masyarakat jangan dianggap sebagai bentuk pengendalian tetapi sebagai sebuah kebutuhan. 

        “Pakai masker itu merupakan kebutuhan. Jangan pakai masker karena takut kena denda,” pungkasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Fajar Sulaiman

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: