Komoditas kelapa sawit terus menunjukan eksistensinya menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia. Hal tersebut dibuktikan dari besarnya potensi ekspor minyak sawit dan produk turunannya ke berbagai belahan dunia.
Berdasarkan catatan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), ekspor minyak sawit (CPO dan turunannya) Indonesia sepanjang 2019 mencapai 36,17 juta ton. Angka tersebut tumbuh 4,2% dari capaian pada periode sama tahun lalu yang mencapai 34,70 juta ton.
Gapki juga mencatat bahwa industri minyak sawit pada periode Januari–Februari 2020 menyumbang devisa sebesar US$3,5 miliar. Alhasil, neraca perdagangan Indonesia pada awal 2020 surplus sebesar US$1,9 miliar.
Baca Juga: Milenial Harus Berperan Aktif Lawan Hoaks Sawit
Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kemenko Perekonomian, Musdalifah Machmud mengatakan, alasan tingginya permintaan pasar dunia akan sawit karena manfaat luar biasa sawit yang dapat diolah dan menjadi bahan baku dari berbagai industri. Di antaranya makanan, kosmetik, farmasi, bahkan digunakan sebagai campuran untuk bahan bakar minyak (BBM).
"Kelapa sawit ini adalah sumber devisa untuk negara dan sumur ekonomi untuk rakyat. Kita punya banyak sumber komoditas yang lain, seperti karet, kakao, teh, cengkeh. Tetapi yang paling dapat memberikan ekonomi yang lebih baik adalah di perkebunan kelapa sawit," jelas Musdalifah dalam acara Digitalk Sawit yang dilakukan secara daring, Senin (22/6/2020).
Sawit memiliki benefit yang sangat luar biasa bagi negara. Pemerintah bersama dengan berbagai stakeholder terkait melakukan upaya-upaya untuk keberlangsungan dan keberlanjutan industri sawit dari hulu hingga hilir. Salah satunya dengan mendorong riset pengembangan serta melakukan kampanye Sawit Baik. Diketahui, sawit kerap dituding sebagai penyebab terjadinya deforestasi.
"Sawit cocok di negara kita, jadi kita harus mencintai sawit. Apabila ada hal-hal yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip yang kita anggap terbaik, mari kita perbaiki bersama-sama," tutur Musdalifah.
Meskipun demikian, dirinya melanjutkan, pemerintah tidak memandang sebelah mata komoditas-komoditas lainnya. Komoditas, seperti kakao, cengkeh, kopi, dan sebagainya juga akan dimaksimalkan layaknya kelapa sawit.
"Tapi kita sekarang masih bekerja keras ke komoditas-komoditas lainnya agar bisa sama atau paling tidak daya saingnya hampir sama dengan kelapa sawit. Pekerjaan itu tidak bisa dilakukan hanya setahun dua tahu saja, tetapi perlu perjuangan bertahun-tahun," pungkas Musdalifah.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Rosmayanti