Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Kenapa AS Ngebet Borong Rudal S-400 Rusia? Terungkap Jawabannya

        Kenapa AS Ngebet Borong Rudal S-400 Rusia? Terungkap Jawabannya Kredit Foto: Sindonews
        Warta Ekonomi, Moskow -

        Baru-baru ini jagad militer dunia dikagetkan dengan keinginan negara Adi Daya Amerika Serikat (AS) yang ingin membeli sistem peluncur rudal tercanggih buatan Rusia, S-400 Triumph. 

        Tidak tanggung-tanggung, Amerika seperti menjilat ludahnya sendiri, karena selama ini AS diketahui membuat regulasi peraturan perundang-undangan yang mengancam akan memberikan sanksi kepada negara-negara lain yang membeli alat sistem pertahanan dari negara Rusia yang disebut Countering America's Adversaries Trhrough Sanctions Act (CAATSA).

        Baca Juga: Tegas Senator Republik: AS Sangat Bisa Boyong Rudal S-400 Rusia

        Keinginan AS memiliki sistem peluncur rudal teranyar buatan Rusia itu diketahui setelah salah satu Anggota Senator dari Partai Republik yang mengusulkan akan mengamandemen Undang-Undang Otorisasi Pertahanan Nasional 2021 yang dapat memungkinkan Washington untuk membeli perlengkapan melalui anggaran pengadaan Angkatan Darat AS di masa mendatang.

        Entah apa alasan AS sangat nafsu memiliki sistem peluncur jarak jauh S-400 buatan Rusia yang kini tengah diminati banyak negara-negara maju itu. Yang pasti, jauh sebelum keinginan AS memiliki S-400 ini terungkap, sejumlah negara sudah teken kontrak untuk melakukan pembelian S-400 dengan Rusia, diantaranya adalah, Turki, Irak, India, China, Arab Saudi, dan Mesir. 

        Kecanggihan S-400 Triumph Menyihir AS

        Sistem peluncur rudal S-400 Triumph yang dikenal sebagai sistem senjata rudal anti pesawat generasi terbaru ini dikembangkan oleh pabrikan asal Rusia, Almaz Central Design Bureau. Rudal S-400 ini merupakan pengembangan dari keluarga S-200 dan S-300. 

        Sistem peluncur rudal S-400 ini menggunakan empat jenis rudal baru. Rudal yang pertama yang dipasang pada sistem ini adalah 48N6DM (48N6E3). Rudal 48N6DM ini memiliki jangkauan hingga 250 km.  

        Selain itu, S-400 juga dapat digunakan untuk meluncurkan rudal 40N6 yang memiliki jangkauan hingga 400 km, dan diklaim menggunakan radar hooming aktif untuk mencegat target udara pada jarak yang lebih jauh. Dengan demikian S-400 ini diyakini dapat menghadang target-target udara baik itu rudal maupun pesawat yang memiliki kecepatan di atas rata-rata di udara. 

        Tidak hanya itu, S-400 juga memiliki kemampuan untuk meluncurkan rudal darat ke udara menengah 9M96E dan 9M96E2. Rudal ini dapat menyerang target yang bergerak cepat seperti pesawat tempur dengan probabilitas hit yang tinggi. Karena Rudal 9M96 memiliki jangkauan maksimum 120 km.

        S-400 memiliki sistem fitur yang canggih. Tidak tanggung-tanggung, Sistem rudal S-400 ini dapat melumpuhkan 36 target secara bersamaan. S-400 dua kali lebih efektif dibandingkan sistem pertahanan udara Rusia sebelumnya dan dapat digunakan dalam waktu 5 menit. S-400 dapat diintegrasikan ke dalam unit pertahanan udara sekarang dan masa depan dari Angkatan Udara,Angkatan Darat dan Angkatan Laut.

        Terkait dengan komando dan kendali, sistem peluncur rudal S-400 Triumph ini didasarkan pada kendaraan pos komando mobile Ural-532.301. Dengan demikian, sistem peluncuran rudal S-400 ini sangat dinamis karena didukung dengan mobilitas mobile kendali yang dilengkapi dengan radar khusus yang diinstal pada kendaraan MZKT-7930 8x8.

        Radar 96L6 adalah radar opsional yang dibawa oleh kendaraan yang sama ketika baterai S-400 digunakan secara mandiri. Radar 91N6E dapat mendeteksi dan melacak pesawat, helikopter, rudal jelajah, rudal pesawat dan rudal balistik dalam jarak 600 km dan juga dapat melacak secara sekaligus hingga 300 target. 

        Melihat kecanggihan sistem peluncur rudal pabrikan Rusia ini, maka wajar AS Serikat juga berambisi ingin memilikinya. 

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: