Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Suriah Berkonflik, Negeri Putin Akui Masih Lengket dengan Turki

        Suriah Berkonflik, Negeri Putin Akui Masih Lengket dengan Turki Kredit Foto: (Foto/Reuters)
        Warta Ekonomi, Moskow -

        Hubungan Rusia dan Turki "dilandaskan pada dasar yang kuat" dan memiliki "saling ketergantungan yang positif," kata wakil menteri luar negeri Rusia pada Kamis.

        Kedua negara bekerja sama dalam proyek-proyek jangka panjang, termasuk pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir Akkuyu dan pipa gas TurkStream. Demikian ungkap Alexander Grushko dalam sebuah wawancara dengan kantor berita Interfax Rusia.

        Baca Juga: Mencekam, Detik-detik Tentara AS Kewalahan Dikejar Militer Rusia

        "Jika Anda melihat isi dari hubungan bilateral, termasuk ekonomi, energi, dan hubungan kemanusiaan, sulit untuk tidak melihat bahwa mereka didasarkan pada landasan yang kuat," tutur dia.

        “Jelas ada unsur-unsur saling ketergantungan yang positif dalam hal ini. Proyek-proyek seperti TurkStream dan pembangkit listrik tenaga nuklir Akkuyu berdampak pada hubungan.”

        Berkat upaya presiden Rusia dan Turki, kedua negara telah membuat "kemajuan besar dalam membangun kemitraan strategis," ungkap diplomat itu.

        Mengenai Suriah, Grushko mengatakan bahwa terlepas dari pemahaman terhadap situasi yang berbeda, Moskow dan Ankara bersatu dalam keyakinan mereka bahwa Suriah harus jadi "negara berdaulat, tak terpisahkan, dan Suriah sendiri yang harus menentukan nasib mereka."

        “Kami menyadari bahwa Rusia dan Turki mungkin memiliki pandangan yang berbeda, termasuk di Timur Tengah. Tetapi jangan lupa bahwa Rusia dan Turki, dengan partisipasi Iran, berhasil menciptakan format Astana, yang hari ini merumuskan prinsip-prinsip dasar permukiman Suriah,” kata dia.

        Suriah dilanda perang saudara yang ganas sejak awal 2011, ketika rezim Bashar al-Assad menindak protes pro-demokrasi dengan keganasan yang tak terduga.

        Sejak itu, ratusan ribu orang terbunuh dan lebih dari 10 juta lainnya mengungsi, menurut laporan PBB.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: