Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Investasi Properti Lagi Kurang Laku, Volumenya Anjlok 32%

        Investasi Properti Lagi Kurang Laku, Volumenya Anjlok 32% Kredit Foto: Ist
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Dampak pandemi Covid-19 terhadap pasar properti di Asia Pasifik terasa lebih kuat di kuartal kedua 2020 dibanding kuartal sebelumnya. Hal ini berakibat pada menurunnya volume investasi dan harga sewa di sebagian besar kelas aset komersial di paruh pertama tahun ini.

        Lembaga konsultan properti global, Jones Lang LaSalle (JLL), dalam laporannya mengungkapkan volume investasi semester I 2020 turun 32% secara tahunan dengan pelemahan sebesar 39% di kuartal kedua dan penurunan sebesar 26% di kuartal pertama.

        CEO Capital Markets, Asia Pacific, JLL Stuart Crow mengatakan penurunan volume investasi terus berlanjut seiring pemberlakuan lockdown dan pembatasan perjalanan. Kondisi ini memengaruhi sejumlah rencana investasi jangka pendek.

        Baca Juga: Masalah 12 Tahun Gak Kelar-kelar, Luhut Terus Dimarahi Jokowi

        Beberapa negara tercatat mengalami penurunan investasi tahunan terbesar pada kuartal II seperti Singapura (-68%) dan Hong Kong (-65%). Sementara itu penurunan investasi di Australia (-58%), Korea Selatan (-45%), dan China (-15%) diimbangi oleh dimulainya kembali sejumlah aktivitas pada akhir kuartal kedua. Kegiatan investasi di Jepang (-20%) tetap berjalan dengan dukungan transaksi di sektor multi-keluarga dan likuiditas domestik yang kuat.

        "Aktivitas transaksi yang menurun tajam pada kuartal kedua mencerminkan kurangnya minat pelaku usaha dan ketidakpastian akan pemulihan pasar. Likuiditas masih sangat tinggi, dan kami berharap aktivitas transaksi mulai pulih pada semester kedua dengan adanya pembukaan kembali aktivitas ekonomi lebih lanjut dan penyesuaian estimasi harga di pasar tertentu," kata Stuart pada Selasa (21/7/2020).

        Di sisi lain, sektor perkantoran Asia Pasifik melaporkan volume investasi tertinggi berkat minat kuat para investor institusional pada pasar utama. Aset-aset defensif serta yang utama bagi kegiatan operasional, pusat logistik, pendidikan, dan pusat data juga mencuri perhatian investor sehingga munculah aliran dana dan usaha patungan baru.

        "Aktivitas transaksi ritel dan hotel tetap stagnan pada semester pertama tahun ini," ucapnya.

        Penurunan tingkat suku bunga pinjaman di sebagian besar pasar utama menunjukkan bahwa prime yield dan bond yield berada di batas yang aman di sebagian besar sektor di Asia Pasifik. Hal ini menciptakan pasar yang menarik untuk investor luar yang ingin menempatkan dana sekitar US$40 miliar dalam bentuk tunai di kawasan tersebut.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Boyke P. Siregar
        Editor: Rosmayanti

        Bagikan Artikel: