Para pakar menyebut adik diktator muda Korea Utara Kim Jong-un, Kim Yo-jong bisa menjadi pemimpin paling brutal di negara terisolasi itu, jika ia menggantikan posisi kakaknya.
Dalam laporan New York Posts, dilansir Rabu (26/8/2020), disebutkan, Kim Yo-jong (32), tampak siap untuk mengambil kendali kekuasaan di tengah isu kesehatan Kim Jong-un yang koma berbulan-bulan.
Baca Juga: Secara De Facto, Korut Kini di Bawah Kendali Kim Yo-jong karena..
"Saya belum melihat bukti apa pun, indikasi bagaimana dia akan memerintah, tetapi spekulasi saya --mengingat reputasi dan sejarah keluarga-- adalah bahwa dia akan memerintah dengan tangan besi," kata pensiunan Angkatan Darat Amerika Serikat, Kolonel David Maxwell, dikutip Warta Ekonomi, Rabu (26/8/2020).
Maxwell, yang ikut menulis rencana kontingensi asli Pentagon 1999 dengan Korea Selatan untuk runtuhnya rezim Utara, mencatat ada spekulasi luas bahwa Kim Jong-un "akan lebih terbuka untuk dunia luar" ketika dia menggantikan ayahnya, Kim Jong-il, pada 2011.
“Itu belum terbukti,” kata Maxwell, yang sekarang seorang senior di Foundation for Defense of Democracies.
"Saya pikir kita harus berasumsi bahwa setiap penerus lebih buruk dari yang terakhir," tambahnya.
Maxwell juga mencatat bahwa laporan mengenai kesehatan Kim Jong-un "berasal dari spekulasi seorang mantan diplomat" --Chang Song-min, mantan ajudan mendiang Presiden Korea Selatan Kim Dae-jung.
Pensiunan itu menambahkan, "Kami belum melihat bukti apapun bahwa sesuatu telah terjadi."
Sementara itu, Sung Yoon-lee, seorang profesor di Tufts University’s Fletcher School of Law and Diplomacy, mengatakan kepada New York Post bahwa dia tidak percaya spekulasi seputar kesehatan Kim Jong-un.
Ia menyebut klaim itu sebagai, "mengulangi pernyataan palsu."
Namun demikian, tidak dapat disangkal bahwa saudara perempuannya, Kim Yo-jong secara terang-terangan telah dipersiapkan untuk mengambil alih kekuasaan.
"Hal itu mungkin terjadi jika sesuatu menimpa saudara laki-lakinya, sehingga menjadikannya seorang tidak berdaya," katanya.
“Jelas sudah ada rencana darurat yang diluncurkan sejak awal Maret untuk menjamin Kim Yo-jong, merebut kendali kekuasaan,” katanya.
Lee mendeskripsikan Kim Yo-jong sebagai pribadi "ambisius dan pintar", dan mengatakan bahwa dia memberikan "cahaya feminin yang lebih lembut pada muka brutal rezimnya."
Namun, jika dia mengambil alih, dia bisa terbukti lebih kejam daripada saudara laki-laki, ayah atau kakeknya, karena sifat rezim tersebut.
“Itu cara baginya untuk membangun kredibilitas dan kekayaan. Artinya, cara baginya untuk mendapatkan rasa hormat, bukanlah dengan bersikap baik, tetapi menjadi diktator yang kejam bagi rakyatnya dan menjadi ancaman nuklir yang dapat dipercaya bagi AS,” papar Lee.
Victor Cha, menjabat direktur urusan Asia di Dewan Keamanan Nasional selama masa pemerintahan Presiden George W. Bush, mengatakan Kim Yo-jong "tampaknya seorang garis keras terhadap Korea Selatan dan AS".
"Jelas tidak ada tanda-tanda dari dirinya sebagai seorang reformis," jelas Cha.
Hal terburuk yang mungkin terjadi adalah peluncuran rudal saat pengambil alihan kekuasaan oleh Kim Yo-jong.
"Provokasi lain untuk membangun kredibilitasnya, baik di dalam negeri maupun internasional, serta pembersihan orang-orang di pemerintahan, untuk membuat orang-orang setia kepadanya menduduki posisi penting," ungkap Cha, yang sekarang menjadi penasihat senior di Center for Strategic and International Studies.
Spekulasi seputar kesehatan Kim Jong-Un telah berlangsung selama berbulan-bulan, karena penampilan publiknya tahun ini dibatasi.
Chang Song-min, mantan ajudan mendiang presiden Korea Selatan Kim Dae-jung, mengatakan kepada wartawan bahwa pemimpin Korut "dalam keadaan koma, tetapi hidupnya belum berakhir".
Saudara perempuan Kim Jong-un yang berusia 33 tahun itu ditunjuk sebagai "pemimpin kedua secara de facto", namun tidak jelas apakah secara resmi Korut dipimpin olehnya.
“Struktur suksesi lengkap belum terbentuk, jadi Kim Yo-jong dikedepankan karena kekosongan tidak dapat dipertahankan untuk waktu yang lama,” kata Chang.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Muhammad Syahrianto
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: