Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Pertamina Tekor, Pigai: Ahok, Calon Menteri Kebanggaan Jokowi

        Pertamina Tekor, Pigai: Ahok, Calon Menteri Kebanggaan Jokowi Kredit Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Aktivis kemanusiaan Natalius Pigai ikut mengomentari kabar meruginya PT Pertamina (Persero) hingga Rp11,13 triliun di semester I-2020.

        Dalam akun Twitternya, ia pun mengunggah video lama pernyataan Basuki Tjahaja Purnama (BTP/Ahok) saat awal-awal menjabat Komisaris Utama Pertamina.

        Baca Juga: Ahok Lagi, Roy: Emang Sejak Dulu Si Hoax Ini Gak Ada Apa-apanya

        Dalam video tersebut, Ahok menyebut bahwa BUMN seharusnya menyetor duit (keuntungan) ke kas Negara (APBN), bukan malah disuntik dana dari APBN.

        Bahkan, Ahok juga sesumbar jika dalam waktu 7 bulan dirinya menjabat Komut dan Pertamina tidak untung, maka perusahaan plat merah itu sebaiknya dibubarkan.

        Baca Juga: Buka-Bukaan Ahok Pertamina Rugi: Dirut Nggak Lapor!

        Terkait itu, Pigai pun melontarkan sindiran kepada Ahok dengan menyebut calon menteri kebanggaan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

        "Pertamina Rugi 11 Trilyun?. Calon Menteri, Kebanggaan Ir. Haji Joko Widodo," cuitnya, seperti dikutip, Kamis (27/8/2020).

        Sambungnya, "Padahal Indonesia satu diantara sedikit negara di dunia yang mencekik leher rakyatnya karena Harga BBM tidak turun saat harga minyak di dunia jatuh sampai nyaris Nol Dollar/barrel selama Covid-19," tambah Pigai.

        Sebelumnya, Direktur Keuangan Pertamina, Emma Sri Martini menjelaskan ada tiga faktor yang menyebabkan kerugian Pertamina pada semester awal tahun ini.

        Pertama karena adanya penurunan permintaan pasar. Kemudian, nilai tukar rupiah menjadi faktor kedua.

        Sebab, laporan keuangan secara fundamental di Pertamina merujuk pada pembukuan dengan nilai mata uang dolar Amerika Serikat

        “Yang ketiga ini terkait dengan crude. Dengan melemahnya crude price di second quarter menyentuh angka 19 sampai 20 dolar AS perbarel. Dibandingkan posisi Desember 2019 63 dolar AS perbarel kita sangat terdampak sekali pada margin hulu. Padahal margin hulu penyumbang atau kontributor ebitda terbesar 80 persen,” jelasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Vicky Fadil

        Bagikan Artikel: