Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        PDIP dan PKS Ternyata Bisa Bersatu

        PDIP dan PKS Ternyata Bisa Bersatu Kredit Foto: Antara/Sigid Kurniawan
        Warta Ekonomi -

        Dari sisi ideologi, warna, gerakan, dan kader, banyak yang beranggapan PDIP dan PKS ini sangat berlainan. Tapi, dalam politik praktis ternyata kedua partai ini tak selamanya seperti minyak dan air. Buktinya, kedua partai ini bisa bersatu di 13 pilkada serentak yang akan digelar pada Desember mendatang.

        Kendati begitu, PKS adalah partai yang paling sedikit diajak koalisi oleh PDIP di Pilkada 2020. Sebaliknya, PDIP paling banyak berkoalisi dengan Golkar di 46 daerah. Lalu dengan PKB di 37 daerah, dengan PAN di 34 daerah, dengan Gerindra di 33 daerah, dengan Demokrat di 32 daerah, dan dengan PPP di 19 daerah.

        Baca Juga: Biar Surabaya Gak Jatuh ke Tangan yang Salah, PDIP: Taati Bu Mega

        Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto tidak merinci secara detail di daerah mana saja koalisi PDIP dan PKS terjadi.

        "Kerja sama ini dibangun sesuai dengan sejarah Indonesia dibentuk," kata Hasto, menjelaskan alasan PDIP membangun koalisi Pilkada dengan semua partai yang lolos ke Senayan.

        Meskipun, lanjut Hasto, PDIP tetap mengedepankan kaderisasi partai. Sikap politik yang disampaikan Hasto ini sedikit berbeda dengan apa yang disampaikan Ketua DPP Bidang Ideologi PDIP Djarot Saiful Hidayat, bulan lalu. Eks Gubernur DKI itu mengatakan partainya sulit berkoalisi dengan Demokrat dan PKS.

        Sikap PDIP juga hampir sama dilakukan Golkar. Ketum Golkar Airlangga Hartarto mengakui partainya juga berkoalisi dengan PKS di pilkada ini.

        "Hampir semua partai kami bekerja sama. Yang terbanyak salah satunya dengan PDIP," kata Airlangga.

        Sementara PKS memutuskan berpartisipasi di 230 dari 270 daerah yang akan menggelar pilkada. PKS sudah memberikan surat keputusan rekomendasi dukungan kepada 210 pasangan calon. Mereka menargetkan meraih kemenangan 60 persen.

        Presiden PKS Mohammad Sohibul Iman optimis kepala daerah yang diusungnya menang di sekitar 156 pilkada.

        "Tentu kami ingin menang di 200 bahkan menang semuanya. Tapi itu kan mustahil," kata Sohibul di Jakarta, belum lama ini. 

        Baca Juga: Sampai Detik-Detik Terakhir, PKS Bentuk Koalisi Penantang Gibran!

        Wakil Ketua Tim Pemenangan Pemilu (TPP) PKS Al Muzzammil Yusuf menjelaskan, dari 215 kursi daerah yang dimiliki PKS, partai dakwah ini diketahui siap bertarung di 213 daerah. Sementara di dua daerah sisanya PKS menyatakan abstain, salah satunya di pilkada Solo.

        Soal koalisi dengan PDIP, PKS menyatakan pihaknya memberikan kewenangan kepada DPD dan DPW untuk menjalin koalisi dengan partai manapun. 

        Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera mengatakan partainya membebaskan koalisi selama mempertimbangkan suasana kebatinan masyarakat di daerah masing-masing. Dia mengatakan koalisi dijalin selama kader merasa ada kesamaan ideologis PKS dengan karakter yang dimiliki PDIP. Anggota Komisi II DPR itu mengungkapkan, untuk kebaikan PKS siap bekerja sama dengan semua pihak.

        Pengamat politik dari UIN Jakarta Pangi Syarwi Chaniago mengatakan koalisi parpol di daerah lebih cair dan dinamis. Sikap parpol di daerah tidak selalu beririsan dengan posisi di pusat. Ekor tidak mesti mengikuti kepala.

        Alasan pertama, pertimbangan pragmatis bukan ideologis. Mereka berkoalisi untuk mendukung calon yang dianggap akan menang. Kedua, koalisi terjadi untuk memenuhi syarat pencalonan.

        "Kalau melihat alasan itu, tidak ada partai yang seperti air dan minyak. Semua parpol bisa bekerja sama," kata Direktur Eksekutif Voxpol Center Pangi Syarwi.

        Baca Juga: PDIP Mengusung Cucu Wapres, Ngakunya Tak Lihat Siapanya...

        Direktur Eksekutif Parameter Politik, Adi Prayitno menambahkan, dalam sistem presidensial sulit melihat musuh dan teman abadi. Karena yang dikedepankan adalah kepentingan. Pilkada adalah salah satu contoh bagaimana peta politik begitu cair dan fleksibel.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Cahyo Prayogo

        Bagikan Artikel: