Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Sri Mulyani Pasrah, Nasib Rupiah di Asia & Dunia Bertambah Parah

        Sri Mulyani Pasrah, Nasib Rupiah di Asia & Dunia Bertambah Parah Kredit Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Nilai tukar rupiah terdepresiasi lebih dari 1% di hadapan banyak mata uang pada Rabu, 2 September 2020 siang.  RTI Mencatat, di hadapan dolar AS, rupiah melemah hingga ke level Rp14.788 pada siang tadi. 

        Baca Juga: Laba Emiten Properti LQ45 Ambruk, Siapa yang Paling Terpuruk?

        Sampai dengan pukul 14.50 WIB pun, keadaan rupiah belum juga membaik dengan koreksi -1,49%, rupiah ambruk ke level Rp14.783 per dolar AS. Ditambah lagi, rupiah tertekan terhadap tiga mata uang global lainnya, yaitu dolar Australia (-1,10%), euro (-1,12%), dan poundsterling (-1,06%). 

        Hampir semua mata uang Asia juga menekan rupiah hingga -1% lebih. Sebagai mata uang paling anjlok di Benua Kuning, rupiah angkat tangan lawan yuan (-1,50%), dolar Hong Kong (-1,44%), dolar Singapura (-1,40%), dolar yen (-1,32%), won (-1,30%), dolar Taiwan (-1,29%), baht (-0,88%), dan ringgit (-0,68%).

        Baca Juga: Bukan Kaleng-Kaleng! Rupiah Hari Ini Babak Belur Lawan Dolar AS

        Nasib rupiah bertambah parah ketika Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani, secara terang-terangan menyebut ekonomi Indonesia pada kuartal II kemungkinan besar akan kembali minus. Dalam rapat kerja bersama Komisi XI DPR, Sri Mulyani mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi RI sepanjang tahun 2020 akan berada di kisaran -1,1% hingga +0,2%.

        "Dari prediksi kita menunjukkan bahwa mungkin di kuartal III, (pertumbuhan ekonomi) kita masih negatif growth dan kuartal IV masih dalam zona sedikit di bawah netral," pungkasnya, Jakarta, Rabu, 2 September 2020.

        Jika benar demikian, sudah dapat dipastikan ekonomi Indonesia masuk ke jurang resesi. Pasalnya, pada kuartal II 2020 lalu, pertumbuhan ekonomi Indonesia sudah minus sebesar 5,32%. 

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Lestari Ningsih
        Editor: Lestari Ningsih

        Bagikan Artikel: