Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Sukseskan Rekacipta, Dirjen DIKTI Gencarkan Kolaborasi

        Sukseskan Rekacipta, Dirjen DIKTI Gencarkan Kolaborasi Kredit Foto: Vicky Fadil
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Link and match antara industri dan perguruan tinggi masih dinilai belum maksimal, lantaran perguruan tinggi dan industri dinilai masih berjalan sendiri-sendiri. Tak hanya itu, bahkan perguruan tinggi belum dapat bersinergi dengan permasalahan yang dihadapi oleh industri. Ujnungnya, terjadi missing link antara pereka cipta (perguruan tinggi) dan investor (industri). 

        Terkait itu, Direktur Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Pendidikan Tinggi (Kemendikbud) RI Nizam, mengungkapkan, kondisi seperti ini mulai berbeda ketika Indonesia dilanda Pandemi Covid-19. 

        Baca Juga: Soal Subsidi Pulsa, Kemendikbud Jangan Asal Tunjuk Operator

        Menurutnya, berdasarkan Tri Dharma Perguruan Tinggi, riset rekacipta merupakan tujuan dari perguruan tinggi yang melahirkan lulusan-lulusan yang memiliki semangat kemandirian, inovatif, kompetitif dan solutif bagi masyarakat. Dengan landasan tersebut perlu terciptanya Kampus Merdeka yang merupakan pola baru dalam sistem pembelajaran pendidikan tinggi di Indonesia sehingga beberapa hal perlu disesuaikan dalam menghadapi perubahan zaman seperti kurikulum, sistem teknologi informasi dan lainnya. 

        “Perguruan tinggi berlomba menciptakan alat dan obat untuk menghadapi pandemi Covid-19. Lebih dari 1.000 inovasi berbentuk teknologi dan obat diciptakan oleh perguruan tinggi, di antaranya masker 3D, robot perawat, drone, alat rapid test, ventilator, dan sebagainya. Sementara itu, investor turut mendukung produksi berbagai reka cipta tersebut. Sejatinya, fenomena ini menjadi contoh yang selayaknya dilakukan antara pereka cipta dan investor,” paparnya dalam  FGD (Focus Group Discussion, Senin (7/9/2020).

        Lanjutnya, ia menjelaskan bahwa Rekacipta merupakan sebuah upaya revitalisasi dan aktualisasi terhadap sebuah karya, agar kebermanfaatannya dapat dirasakan oleh semua elemen secara et'lsien dan efektif dalam kehidupan sehari.

        Karena itu, pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen DIKTI), memutuskan untuk membangun kolaborasi dengan semua pemangku kepentingan.

        "Tujuannya, untuk membangun ekosistem rekacipta di Indonesia sebagai implementasi Kampus Merdeka serta mendorong peran dunia industri dalam mendukung para pereka cipta di perguruan tinggi." tambahnya.

        Dengan adanya hubungan keterkaitan antara kampus dengan dunia industri, maka akan ada keterikatan antara riset rekacipta di perguruan tinggi dengan industri dan kebutuhan masyarakat, sehingga dampak kebermanfaatan bagi masyarakat dapat terwujud dengan semangat gotong royong inovator, industri, pemerintah, media, dan komunitas.

        “Tak hanya kampus dan industri, diharapkan komunitas lokal atau masyarakat mampu terimplikasi baik secara langsung maupun tidak langsung dari hasil riset reka cipta tersebut,” jelasnya.

        Sementara itu, sejumlah pihak yang mewakili penta-helix, seperti industri (pengusaha), perguruan tinggi, kementerian (pemerintah), media, dan komunitas (masyarakat), mengatakan.

        “Tujuan FGD inj adalah untuk memotret perspektif kalangan industri terhadap perkembangan rekacipta perguruan tinggi. FGD ini diharapkan akan menghasilkan rekomendasi bagi kebijakan rekacipta di pergruan tinggi yang sesuai dengan kebutuhan industri,” papar Kemal Gani, Pemimpin Redaksi SWA Group. 

        Selain itu, demi terealisasinya ekosistem rekacipta yang dapat memperkuat hubungan antara perguruan tinggi dan industri, Ditjen DIKTI juga tengah mengembangkan platform digital Kedai Reka.

        “Kedai Reka adalah platform digital yang dapat mempertemukan sekaligus menghubungkan antara perguruan tinggi dengan industri. Rencananya, platform ini akan segera kami luncurkan pada Oktober 2020.” katanya.

        Lebih jauh ia menjelaskan, di dalam platform Kedai Reka, tidak ada lagi batasan birokrasi antara perguruan tinggi, industri, dan masyarakat. Artinya, mahasiswa, dosen, masyarakat umum, petani, dan elemen lainnya dapat berinteraksi dan melakukan sinergi. “Kami berharap, platform Kedai Reka ini dapat mempertemukan permasalahan nyata di lapangan dengan solusi dari perguruan tinggi,” tukas dia.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Vicky Fadil

        Bagikan Artikel: