Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Mahalnya Biaya Ambisi Elon Musk untuk Jadikan Mars Hunian Manusia

        Mahalnya Biaya Ambisi Elon Musk untuk Jadikan Mars Hunian Manusia Kredit Foto: Reuters/Mario Anzuoni/File Photo
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        CEO Tesla dan SpaceX Elon Musk telah menghabiskan hampir dua dekade mengumpulkan penggemar SpaceX untuk mencapai tujuannya menjajah Mars. Musk berambisi ke Mars karena panggilan moral daripada untuk berbisnis.

        "Jika ada sesuatu yang mengerikan yang terjadi di Bumi, baik yang dibuat oleh manusia atau alam, kami ingin memiliki, seperti, asuransi jiwa untuk kehidupan secara keseluruhan," kata Musk dalam konferensi Mars virtual pada 31 Agustus lalu sebagaimana dikutip dari CNN International di Jakarta, Rabu (9/9/2020).

        Baca Juga: Bill Gates Tak Setuju dengan Elon Musk soal Kendaraan Listrik

        Rencana SpaceX untuk menjadikan Planet Merah sebagai tempat tinggal manusia memunculkan banyak pertanyaan; mulai dari teknologi, politik, dan etika. Salah satu rintangan yang paling menantang mungkin juga finansial. Bahkan, Musk sendiri tidak berani menebak perkiraan biayanya.

        Program luar angkasa terakhir yang mendekati ambisi Musk adalah program Apollo NASA, upaya pertengahan abad ke-20 yang mendaratkan enam pesawat ruang angkasa dan 12 astronot di bulan.

        Apollo menghabiskan lebih dari USD280 miliar (Rp4.156 triliun) dan dalam beberapa tahun, NASA telah menghabiskan lebih dari 4% dari seluruh anggaran nasional. Badan antariksa yang menerima kurang dari setengah dari satu persen dari anggaran federal ini sedang memetakan rencananya sendiri untuk mengembalikan manusia ke bulan dan berakhir ke Mars. Tetapi NASA juga belum menunjukkan berapa biayanya.

        Kekayaan pribadi Musk sendiri telah membengkak menjadi sekitar USD100 miliar (Rp1.484 triliun) berkat serangkaian penghargaan saham dari perusahaan mobil listriknya, Tesla. Musk juga berulang kali mengatakan bahwa dia berharap keuntungan dari bisnis SpaceX akan membantu mendorong pengembangan roket Mars miliknya.

        SpaceX juga telah mengumpulkan hampir USD6 miliar (Rp89 triliun) dari bank dan pemodal ventura, berkembang menjadi salah satu perusahaan swasta paling bernilai tinggi di dunia, menurut perusahaan data Pitchbook.

        SpaceX kemungkinan masih membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk mengembangkan semua teknologi yang dibutuhkan untuk membuat pemukiman di Mars. Perusahaan ini sedang dalam tahap awal mengembangkan Starship, roket besar dan sistem pesawat luar angkasa yang bisa mengangkut kargo dan orang melintasi setidaknya 30 juta mil kekosongan antara Bumi dan Mars.

        Musk memperkirakan pengembangan Starship akan menelan biaya hingga USD10 miliar (Rp148 triliun). Musk juga mengatakan bahwa SpaceX akan meluncurkan "ratusan" satelit di atas Starship sebelum mempercayakannya pada kehidupan manusia.

        Jika terbukti mampu melakukan perjalanan ke Mars, pemukim akan membutuhkan habitat kedap udara untuk melindungi mereka dari udara beracun dan radiasi mematikan yang berada di sana.

        "Ini bukan untuk menjadi lemah," kata Musk. "Kesempatan bagus kau akan mati, dan akan sulit untuk pergi ... Akan lebih baik jika berhasil."

        Ilmuwan utama Program Eksplorasi Mars NASA, Michael Meyer mengungkap bahwa setidaknya selama 100 tahun pertama manusia berada di Mars, situasi ekonomi akan meragukan.

        Musk memiliki rencana menjadikan Mars sebagai tujuan untuk hidup jangka panjang yakni Terraforming. Terraforming menjadi hipotetis di mana manusia membuat Mars lebih mirip Bumi dengan memompa gas ke atmosfer.

        Musk telah mempromosikan gagasan bahwa proses tersebut dapat dimulai dengan menjatuhkan bom nuklir di planet ini. Meyer mengatakan bahwa ide terraforming muncul dari para ilmuwan, tetapi tak ada yang menyangka bahwa itu adalah sesuatu yang bisa atau harus dilakukan manusia.

        Hampir tidak ada oksigen di atmosfer Mars. Dan jumlah air sangat kecil, yang berarti akan sangat sulit untuk bercocok tanam, apalagi menciptakan siklus air di Mars. Bahkan tidak jelas apakah ada cukup sumber daya di Mars untuk memungkinkan terraforming.

        Musk juga mengakui bahwa terraforming akan sangat boros sumber daya. Namun konsep tersebut tertanam dalam pengetahuan SpaceX, sehingga perusahaan menjual kaos bertuliskan "Nuke Mars" dan "Occupy Mars" yang sering dipakai Musk.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Fajria Anindya Utami
        Editor: Fajria Anindya Utami

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: