Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Kinerja Emiten Consumer Goods Milik Crazy Rich Salim, Yay or Nay?

        Kinerja Emiten Consumer Goods Milik Crazy Rich Salim, Yay or Nay? Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Indomie, merek mi instan yang sudah melanglang buana ke berbagai penjuru dunia. Siapa sangka, berkat merek tersebut, sederet perusahaan milik crazy rich Salim dapat menjadi salah satu pemain utama di sektor consumer goods Tanah Air. 

        Berada di bawah payung Indofood, Salim Group mempunyai dua perusahaan consumer goods yang dikenal banyak orang, yaitu PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP). Tak berhenti sampai di sana, Salim Group juga melebarkan lengan bisnisnya di sektor consumer goods melalui PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI).

        Baca Juga: Kinerja BRI Syariah Juara, Apa Kabar Emiten Bank Syariah Lainnya?

        Baca Juga: Astaga! Dolar AS Meledak-Ledak, Rupiah Paling Gawat Sedunia!

        Separuh tahun 2020 telah dilewati dengan pandemi Covid-19 yang hingga kini masih menemani. Lantas, bagaimana kinerja bisnis emiten consumer goods milik Salim Group dalam enam bulan pertama tahun ini? Apakah kinerja keuangannya ikut tergerus oleh pandemi?

        Untuk mengetahui itu, simak ulasan berikut ini.

        1. Indofood Sukses Makmur

        Kebal Covid-19, begitulah kiranya yang dapat menggambarkan bisnis PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) sepanjang enam bulan pertama tahun 2020 ini. Di bawah kepemimpinan Anthoni Salim, INDF membukukan kenaikan laba bersih sebesar 11,81% dari Rp2,54 triliun pada Juni 2019 menjadi Rp2,84 triliun pada Juni 2020. 

        Baca Juga: Laba 4 BUMN Konstruksi Kompak Amblas, Waskita Karya Paling Nahas

        Lonjakan laba bersih tersebut berjalan seiringan dengan laba usaha INDF yang tumbuh positif sebesar 17% dari Rp4,79 triliun menjadi Rp5,63 triliun pada akhir Juni tahun ini. Bersamaan dengan itu, penjualan bersih INDF sepanjang paruh pertama tahun ini tercatat mengalami kenaikan tipis, yakni 2,00% dari Rp38,61 triliun pada semester I 2019 menjadi Rp39,38 triliun pada semester I 2020.

        Walau penjualan hanya tumbuh satu digit, perolehan laba INDF didongkrak oleh penurunan pada pos beban. Misalnya, pos beban pokok penjualan pada Juni 2020 tercatat turun menjadi Rp26,90 triliun, sedangkan pada tahun sebelumnya tercatat sebesar Rp27,24 triliun.

        Direktur Utama INDF, Anthoni Salim, mengungkapkan bahwa tantangan global sepanjang semester I kemungkinan besar akan berlanjut hingga ke semester II mendatang. Meski begitu, INDF telah mempersiapkan diri dengan menjaga pasokan dan kualitas produk sehingga dapat meningkatkan daya saing.

        "Kami akan terus memelihara kelangsungan pasokan dan kualitas produk bagi konsumen, serta meningkatkan daya saing kami," pungkas Anthoni Salim secara tertulis pada 3 Agustus 2020 lalu.

        2. Indofood CBP Sukes Makmur 

        Kinerja keuangan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) pada paruh pertama tahun 2020 ini dapat mengungguli sang entitas induk, yakni INDF. Hingga Juni 2020, ICBP mengantongi laba bersih sebesar Rp3,37 triliun. Angka tersebut naik 31,12% dari capaian tahun lalu yang hanya Rp2,57 triliun. 

        Walau tak menampik bahwa pandemi menjadi tantangan tersendiri bagi bisnis Indofood secara keseluruhan, nyatanya penjualan yang tumbuh positif dalam enam bulan pertama tahun ini menjadi penopang utama terhadap capaian laba bersih emiten yang juga dikepalai oleh Anthoni Salim ini. Dilansir dari laporan keuangan perusahaan, per Juni 2020 penjualan ICBP mencapai Rp23,05 triliun, tumbuh 4,15% dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp22,13 triliun. 

        Baca Juga: Salim Khawatirkan Kondisi Pasar, Meski Untung Indofood Menggunung

        Pendapatan dari pihak berelasi menjadi yang paling mendominasi, di mana kontribusinya mencapai Rp17,64 triliun. Kontributor berikutnya adalah penjualan dari pihak ketiga yang mencapai Rp5,40 triliun per Juni 2020 lalu.

        Kendati begitu, terhadap peningkatan di sejumlah pos beban ICBP. Untuk beban pokok penjualan, ICBP mencatat ada kenaikan 0,61% menjadi Rp14,71 triliun  pada semester I 2020. Begitu pun dengan pos beban umum dan administrasi yang mengalami kenaikan 11,40% menjadi Rp1,27 triliun. Pos beban pajak juga mengalami kenaikan tipis sebesar 6,03% menjadi Rp1,16 triliun. 

        "Meskipun dihadapkan pada kondisi saat ini yang penuh tantangan, ICBP mampu mencatatkan kinerja yang cukup baik pada semester pertama tahun 2020," imbuh Anthoni Salim dalam rilis perusahaan pada 3 Agustus 2020 lalu.

        3. Nippon Indosari

        Emiten consumer goods milik Salim Group berikutnya dalah PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI). Berbeda dari dua emiten sebelumnya, pada semester I 2020 ini ROTI membukukan penurunan laba bersih sebesar 9,86% dari Rp101,45 miliar menjadi Rp91,44 miliar. Salah satu faktor yang membuat laba bersih ROTI tergerus adalah tercatatnya beban lainnya sebesar Rp9,76 miliar, di mana pada tahun sebelumnya tidak ada sama sekali.

        Walaupun demikian, penjualan ROTI mengalami peningkatan pada periode tersebut. Dilansir dari laporan keuangan konsolidasi perusahaan, per Juni 2020 ROTI membukukan penjualan bersih sebesar Rp1,67 triliun. Angka tersebut tumbuh 5,5% jika dibandingkan capaian Juni 2019 lalu yang sebesar Rp1,58 triliun.

        Kontributor terbesar terhadap penjualan berasal dari kanal modern, yakni sebesar Rp1,17 triliun dari total penjualan pada paruh pertama tahun ini. Angka tersebut dihimpun dari kanal modern yang meliputi 35.000 gerai minimarket, supermarket, dan hypermart di seluruh Indonesia. 

        Kontributor berikutnya adalah penjualan untuk kanal tradisional dengan porsi sebesar Rp455 miliar. Angka tersebut tumbuh 30% dari periode sebelumnya karena didukung oleh strategi perusahaan dalam memperkuat sebaran 40.000 titik penjualan. Selain itu, adanya layanan pesan antar produk ROTI melalui WhatsApp dan Chatbot juga turut mendongkrak kontribusi kanal tradisional terhadap penjualan.

        "Kami senantiasa melakukan analisis komprehensif terhadap daya beli, pola konsumsi, pola belanja dan pola aktivitas masyarakat Indonesia agar dapat menentukan strategi yang tepat dalam menangkap prospek pertumbuhan permintaan produk roti yang kuat di Indonesia, serta menghadapi tantangan usaha dan ketidakpastian pandemi Covid-19," kata Direktur ROTI, Arlina Sofia, pada 30 Juli 2020 lalu.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Lestari Ningsih
        Editor: Lestari Ningsih

        Bagikan Artikel: