Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Kenakan Hijab, PM Selandia Baru Kenang Muslim Korban Teroris Christchurch

        Kenakan Hijab, PM Selandia Baru Kenang Muslim Korban Teroris Christchurch Kredit Foto: Reuters/Yiming Woo
        Warta Ekonomi, Wellington -

        Penampilan Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern, dengan tampil berhijab, menjadi sorotan. Pemimpin Partai Buruh New Zealand itu, dikenal biasa membiarkan rambut ikal panjangnya terurai.

        Pada Kamis (24/9/2020), Ardern menghadiri peresmian plakat peringatan insiden tragis, di Masjid Al Noor dan Linwood Islamic Central pada Maret 2019 lalu.

        Baca Juga: PM Selandia Baru Resmikan Plakat Peringatan Teror Christchurch

        Kala itu, Brenton Harrison Tarrant, seorang penganut supremasi kulit putih, tembaki jemaah salat Jumat secara membabi buta.

        Terekam dalam video yang lantas viral, puluhan Muslim kalang kabut menghindar dari peluru, namun sebagian lainnya meninggal.

        Tarrant telah dijatuhi  hukuman seumur hidup oleh pengadilan tanpa kemungkinan pembebasan bersyarat di Selandia Baru. 

        Dalam plakat yang diresmikan dengan cara dibuka tirai penutupnya oleh Ardern itu, tertulis ‘Dalam Kenangan, 51 Syuhada yang Kehilangan Nyawa Mereka’.

        Syuhada, seperti diketahui menjadi sebutan jamak untuk Muslim yang meninggal syahid.

        Jacinda Ardern disambut hangat oleh keluarga korban sebelum berbicara dengan mereka secara pribadi di dalam masjid.

        Warga Muslim mengapresiasi sang perdana menteri tidak keberatan mengenakan penutup kepala, seperti ciri pakaian Muslimah.

        Rencana acara peringatan para syuhada itu sebenarnya akan berlangsung sesuai insiden terjadi tahun lalu, namun Maret 2020, pandemi Covid-19 baru saja menyergap negara itu.

        Ardern mengatakan dia senang melihat para penyintas lagi, tetapi tidak ada yang bisa memperbaiki trauma dan kecacatan, yang disebabkan oleh pembantaian itu.

        Seperti diketahui, 40-an Muslim terluka dan masih hidup, usai teror di Christchurch itu.

        Imam Masjid Al Noor, Gamal Fouda, mengatakan bahwa plakat itu  "meninggalkan luka di hati kami" tetapi mempromosikan Selandia Baru sebagai "ibu dari perdamaian di dunia " setelahnya.

        Sementara teroris telah dijatuhi hukuman yang memberi keadilan penuh bagi semua warga Selandia Baru, kata Fouda.

        "Kita harus ... fokus pada apa yang dapat kita lakukan untuk membuat negara kita aman. Kita tahu siapa kita sebagai manusia dan warisan dan inspirasi yang telah kita tunjukkan kepada dunia, melalui tanggapan kita. Tentang perdamaian dan kasih sayang harus hidup bersama kita untuk dapat untuk melihat cahaya di ujung terowongan,” ujar dia seperti kutip dari laman Radio NZ.

        Pada sebuah upacara yang menyertai pembukaan plakat tersebut, Ardern berbicara kepada para pelayat yang hadir. 

        “Kami memang memiliki ... ketentuan yang menangani ujaran kebencian, diskriminasi, seputar identitas orang yang berbeda, tetapi agama belum dimasukkan di dalamnya. Pandangan saya adalah hal itu perlu diubah,” katanya seperti dilansir Indy 100.

        “Saya hanya berpikir di Selandia Baru, semua orang moderen akan setuju bahwa tidak ada yang boleh didiskriminasi karena agama mereka. Oleh karena itu masuk akal jika kami menambahkan ini ke rangkaian hal-hal lain yang kami katakan tidak boleh mendiskriminasi orang,” ucap Ardern.

        Ardern menambahkan bahwa dia ingin mengubah undang-undang lebih cepat, tetapi "tidak dapat melaksanakan masa jabatan terakhir itu".

        Media Selandia Baru mengaitkannya dengan gejolak pemilu saat ini, ketika di tengah pemerintahan Partai Buruh yang ia pimpin diblokir oleh mitra koalisi mereka, New Zealand First.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: