Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Nah Lho, Teman Sejawat Endus Kekuatan Besar yang Gagalkan Deklarasi Gatot

        Nah Lho, Teman Sejawat Endus Kekuatan Besar yang Gagalkan Deklarasi Gatot Kredit Foto: Istimewa
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Direktur Indonesia Future Studies (Infus), Gde Siriana Yusuf, menilai penolakan deklarasi Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) di Surabaya, Jawa Timur pada Senin (28/9), merupakan tanda bahwa KAMI memang benar membuat penguasa takut dan panik. Baca Juga: Rocky Gerung Endus Tangan-tangan Istana Menjebak Gatot Nurmantyo

        Diketahui, Acara yang dihadiri Presidium KAMI Gatot Nurmantyo ini mendapat penolakan sekelompok orang yang menamakan sebagai Koalisi Indonesia Tetap Aman (KITA).

        “Deklarasi KAMI di Surabaya dibubarkan oleh KITA pertanda KAMI membuat penguasa makin takut dan panik,” ujar deklarator KAMI itu di akun Twitter, @SirianaGde, Senin (28/9/2020).

        Menurutnya, penolakan KAMI juga semakin membuat nama Gatot dan KAMI melambung. Karena itu, ia pun meminta kepada pihak kepolisian untuk netral dalam mengamankan deklarasi KAMI di dalam gedung dan mengamankan aksi yang menentang KAMI di luar gedung. Baca Juga: Warga Surabaya Tolak Kehadiran Jenderal Gatot Gegara Tak Pakai Masker

        “Sangat tidak rasional jika deklarasi KAMI dianggap inkonstitusional. Apakah Covid-19 memakan sebagian otak mereka hingga tidak bisa berfikir jernih tentang KAMI? Atau ketakutan bahwa KAMI akan jadi gelombang besar kesadaran nasional untuk selamatkan Indonesia?” jelasnya.

        Lebih lanjut, ia menaruh curiga adanya kekuatan besar yang membuat Gatot terusir hanya dengan sedikit massa aksi dari KITA.

        “Dengan massa se-upil KITA bisa mengusir Gatot Nurmantyo dari dalam gedung deklarasi. Jelas ada kekuatan besar yang membackup operasi mengamputasi KAMI. Dalam sejarah RI, tidak ada mantan pangab yang dianggap musuh penguasa. Ini pertanda KAMI dianggap berbahaya bagi keberlangsungan rezim,” kata Gde.

        Selain itu, ia juga merasa aneh karena banyak hal nyata yang tidak sinkron dari pembubaran deklarasi KAMI di Surabaya.

        “Tapi ujungnya kok ada statement menolak keberadaan KAMI di Surabaya. Selain itu dalam acara pesertanya terbatas dan semua bermasker. Bandingkan dengan keramaian Pilkada Surabaya,” tukas dia.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Vicky Fadil

        Bagikan Artikel: