Masih ingat ketika kecil Anda diberitahu soal sosok pria tua berbaju merah yang mengendarai delapan rusa terbang dari kutub untuk mengantarkan hadiah? Atau kelinci gaib yang menelurkan telur coklat di taman saat Hari Paskah di bulan April?
Juga kalau kita menyimpan gigi yang tanggal di bawah bantal, maka akan mendapatkan uang dan berjumpa dengan "peri gigi"? Semua ini adalah kebohongan yang diceritakan saat kita masih kecil oleh orang yang paling kita percaya, yaitu orangtua sendiri.
Bayangkan orang terdekat pun rela membiarkan kita percaya pada beberapa kebohongan, lantas bagaimana dengan orang yang tak kita kenal? Percaya teori konspirasi adalah hal yang bisa dimengerti.
Apakah kemudian Anda menyalahkan keraguan seseorang atas informasi yang mereka dapatkan dari dunia sekitar mereka? Jika Anda kenal dengan seseorang yang percaya pada teori konspirasi, mungkin penting untuk mempertimbangkan latar belakang mereka.
Jadi, mengapa ada yang tertarik pada teori konspirasi? Dan bagaimana kita berkomunikasi dengan mereka yang sudah sangat percaya padanya? Teori konspirasi memberikan penjelasan naratif tentang mengapa suatu hal buruk terjadi, ujar Dr Colin Klein, profesor rekan di Australian National University College of Arts and Social Sciences.
Teori ini merupakan "coping mechanism" atau strategi pertahanan dalam menghadapi ketidakpastian. Misalnya, beberapa ilmuwan telah beberapa kali membuktikan bahwa vaksin tidak menyebabkan autisme.
Tapi di sisi lain, mereka juga tidak yakin apa penyebab autisme sebenarnya. Keinginan kita untuk mengetahui sebab-akibat tidak terpenuhi, sehingga kita mulai membuat teori, ujar Dr Colin.
Dr Micah Goldwater, dosen psikologi senior di University of Sydney, mengatakan ini sama saja seperti ketika kita mengarang cerita dalam benak sendiri ketika seseorang tidak membalas pesan kita.
Orang yang percaya pada teori konspirasi sering memiliki prasangka terhadap institusi seperti pemerintah dan perusahaan obat.
"Mungkin mereka tidak percaya pada institusi ini atau mungkin mereka merasa tidak diberdayakan oleh "status quo"," kata Dr Klein.
Orang yang merasa tidak berdaya lebih mungkin menyetujui dan menyebarkan teori konspirasi.
"Walaupun [orang yang percaya pada teori konspirasi] mungkin berakhir di tempat yang salah, dalam banyak kasus, bibit keraguannya bukannya tidak beralasan," ungkap Dr Klein.
Alasan lain orang mempercayai teori konspirasi adalah aspek sosial.
"Ini adalah cara yang baik untuk berteman dengan orang baru," kata Dr Micah.
"Beberapa kepercayaan berhubungan dengan beberapa kelompok sosial, lalu dengan sama-sama setuju akan gagasan menjadi tanda diterima di kelompok itu."
Cara terbaik berbicara dengan orang yang percaya teori konspirasi Teman Lebih baik menghindari topik perdebatan dengan teman yang percaya konspirasi daripada tidak menemukan jalan keluar.
Mendapatkan informasi yang salah itu berbahaya, jadi bisa dimengerti kalau Anda merasa sedih ketika melihat seseorang yang dikenal membagikan unggahan teori konspirasi di media sosial. Namun, pada intinya, tindakan ini didorong rasa takut, ungkap Dr Micah, sehingga sedikit saja empati dapat berdampak besar.
Berikut adalah beberapa hal yang dapat Anda lakukan:
Coba hindari topik pembicaraannya
Elizabeth Shaw, CEO yayasan Relationships Australia NSW, mengatakan memperdebatkan teori konspirasi akan berujung pada jalan buntu.
"Jika Anda sangat tidak setuju dengan seseorang, namun mau menjaga hubungan, kadang cara terbaiknya adalah dengan berhenti membahas hal yang diperdebatkan," kata Elizabeth.
Berusaha memberitahu jika mereka salah menurutnya adalah usaha yang sia-sia.
"Inti dari teori konspirasi adalah ada banyak orang berkonspirasi untuk menutup-nutupi bukti," ungkap Dr Klein.
Ini berarti tindakan apapun selain percaya, juga adalah bagian dari konspirasi. Yang berarti, bukti apapun yang kita coba berikan pasti akan ditolak atau tidak meyakinkan di mata mereka.
"Sekali seseorang sudah sangat percaya, sulit untuk meyakinkan mereka salah dengan bukti," kata Dr Klein.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait: