Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Mau Investasi di Akhir Tahun? Ikuti Lima Hal Ini Biar Gak Buntung

        Mau Investasi di Akhir Tahun? Ikuti Lima Hal Ini Biar Gak Buntung Kredit Foto: Ibtimes.com
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Bank DBS dalam DBS CIO Insight Triwulan IV 2020 tetap merekomendasikan untuk berinvestasi di aset berisiko, seperti, ekuitas dan obligasi korporasi, di tengah upaya global memerangi pandemi COVID-19.

        "Setelah memasuki gejolak, saat ini kami mulai melihat tanda-tanda pemulihan ekonomi. Pelonggaran pembatasan sosial di beberapa negara, peningkatan belanja fiskal secara global, dan suku bunga nol persen akan menjamin bahwa lintasan pertumbuhan berangsur-angsur pulih," ujar Chief Investment Officer, Bank DBS, Hou Wey Fook dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (2/10/2020).

        Baca Juga: Bank DBS Indonesia Perkenalkan Mandiri Global Sharia Equity Dollar

        Memasuki triwulan terakhir 2020, ada dua perkembangan yang harus diperhatikan oleh investor: (a) pemilihan presiden AS, dan (b) penemuan vaksin. Dia melihat keduanya mempunyai dampak risiko yang cenderung netral atau positif terhadap pasar.

        Strategi Barbell - berinvestasi di dua aset ekstrem, yakni aset berisiko tinggi dan aset berisiko rendah, serta menghindari investasi jangka menengah - yang disarankan oleh DBS CIO, telah menunjukkan ketahanan dan keberhasilan di tengah ketidakpastian saat ini.

        "Tetaplah berinvestasi di ekuitas yang pertumbuhannya tidak dipengaruhi tren jangka pendek (secular growth securities), aset yang menghasilkan pendapatan, dan emas di dunia digital baru ini, di tengah situasi suku bunga sangat rendah," ungkapnya.

        Lengkapnya berikut lima saran dari DBS CIO Insight agar investasi di triwulan terakhir 2020 nggak bikin buntung.

        1. Kami terus memiliki pandangan positif untuk ekuitas AS dan ekuitas Tiongkok

        Sejak turun ke titik terendah pada Maret, Indeks S&P 500 membukukan kenaikan sebesar 51,2%, melampaui titik tertinggi sebelumnya. Jelas bahwa pelonggaran moneter dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya oleh Bank Sentral AS, pandemi yang tidak diketahui sampai kapan, dan penurunan suku bunga telah berperan dalam mendorong ekuitas AS.

        "Kami memperkirakan momentum kuat dalam penguatan saham Teknologi akan terus berlanjut, karena percepatan bifurkasi global telah semakin memperkuat daya tarik sektor Teknologi sebagai dampak dari pandemi. Peningkatan pembatasan sosial semakin mendorong kegiatan bisnis dan rekreasi beralih ke daring, dan bisnis yang mendapatkan manfaat dari kecenderungan ini adalah e-Commerce, video conferencing, serta perusahaan perangkat lunak/perangkat keras dalam lanskap Teknologi," pungkas Hou Wey Fook.

        Sementara terkait Tiongkok, dirinya memiliki pandangan positif terhadap prospek ekuitas Tiongkok karena menawarkan imbal hasil menggiurkan kepada investor dan valuasi yang menarik karena pertumbuhan pendapatan perusahaan kuat dalam jangka panjang. Hal ini disebabkan oleh transformasi pasar yang sedang berlangsung dan peningkatan konsumsi domestik. Ekuitas Tiongkok terus menarik arus dana masuk karena penawaran investasi mereka, yang unik.

        2. Pemilu AS - Netral untuk aset berisiko

        Dari perspektif pasar keuangan, DBS percaya bahwa pemilu November mendatang tidak akan berdampak terhadap aset berisiko. Meskipun aset berisiko mungkin mendapat manfaat dari pemotongan pajak lebih lanjut, gaya agresif Donald Trump dari Partai Republik dalam kebijakan luar negeri akan mempengaruhi sentimen secara keseluruhan.

        Kemenangan Demokrat dalam pemilihan presiden, di sisi lain, tidak berarti bencana karena aset berisiko secara historis mengalami penguatan selama masa kepresidenan Demokrat dalam periode 6, 12, dan 24 bulan. Pemerintahan Biden kemungkinan akan mempertahankan sikap tegas namun lebih mudah diramalkan terhadap Tiongkok dan hal ini positif untuk sentimen pasar.

        3. Penemuan vaksin hanya masalah waktu

        Menurut pemberitaan terakhir, kemungkinan penemuan vaksin COVID-19 bukan lagi persoalan ‘jika’ tetapi kapan. Jika vaksin disetujui dalam beberapa bulan mendatang, itu akan memperbaiki aset berisiko secara umum. Namun, dampak positifnya tidak akan seragam karena beberapa industri akan mendapatkan keuntungan lebih dari yang lain. Restoran, hotel, tempat perjudian, dan rekreasi siap untuk kembali naik dengan kuat, sementara industri penerbangan diperkirakan masih akan mengalami kesulitan struktural.

        4. Obligasi; Fokus pada obligasi Eropa dan Asia dengan imbal hasil tinggi; mempertahankan durasi portofolio rata-rata selama lima tahun

        Pengetatan selisih kredit antara triwulan ke-2 dan triwulan ke-3 tahun ini telah mengikis banyak keuntungan tambahan yang biasanya diterima investor sebagai kompensasi atas risiko gagal bayar obligasi berimbal hasil tinggi, investor disarankan untuk memposisikan diri sedemikian rupa guna menghindari kerugian pada titik ini.

        Kredit Asia tetap memberikan nilai kepada investor dari perspektif fundamental dan valuasi, dan faktor pendukung tetap ada. Dengan mengamati seluruh pasar kredit global, DBS juga melihat katalis positif untuk obligasi Eropa berimbal hasil tinggi, dan yakin bahwa ada kemungkinan besar pasar akan mengejar ketertinggalan dari pasar lain.

        "Mengingat kurva G-3 kemungkinan akan mengalami penurunan tajam dalam beberapa bulan mendatang, kami mempertahankan preferensi kami untuk durasi portofolio rata-rata 5 tahun," terang dia.

        5. Emas masih terus bergerak menguat- perkiraan 12 bulan berada pada USD2,300/oz

        Emas sebagai diversifikasi risiko telah terbukti sebagai pelindung nilai efektif, mengungguli sebagian besar mata uang termasuk dolar, dalam 10 tahun terakhir. Kekhawatiran akan potensi kembalinya inflasi adalah alasan lain untuk mempertimbangkan investasi di aset berisiko rendah (safe havens), seperti emas, yang telah berkinerja baik dalam kondisi inflasi.

        "Meskipun akan ada pandangan bahwa likuiditas uang adalah sepenuhnya spekulasi, kami yakin bahwa kenaikan harga emas, tidak seperti harga minyak dan harga properti, tidak bersifat inflasi dan tidak menghalangi pemulihan ekonomi. Oleh karena itu, tidak ada kemungkinan menyebabkan tindakan moneter apa pun," tutur Hou Wey Fook.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Fajar Sulaiman
        Editor: Fajar Sulaiman

        Bagikan Artikel: