Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Apa Itu Lintang Kemukus?

        Apa Itu Lintang Kemukus? Kredit Foto: Unsplash/Lukáš Va?átko
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Lintang kemukus adalah garis sinyar oranye yang juga dikenal sebagai komet. Kemunculan Lintang Kemukus alias Komet atau Bintang Berekor di langit Jawa pada hari Sabtu malam 10 Oktober 2020. Banyak yang membawa fenomena lintang kemukus ini sebagai mitos kurang baik. Namun, apakah benar demikian?

        Mitos

        Dikutip dari Historia.id di Jakarta, Senin (12/10/2020) Lintang Kemukus dipercaya sebagai hantu pembawa maut berwujud bola arwah. Dipercaya muncul sebagai rombongan prajurit ganas yang bisa membunuh manusia ketika mereka tertidur.

        Baca Juga: Apa Itu Gas Air Mata?

        Beberapa masyarakat Jawa mempercayai kalau mereka adalah pasukan Nyi Roro Kidul yang tengah bergerak dari Laut Selatan ke Gunung Merapi atau Keraton Yogyakarta.

        Secara umum, penampakan komet membawa hal yang kurang baik, kecuali komet tersebut muncul di arah barat. Dikutip dari Pikiran Rakyat, dalam tulisan Ni Nyoman Dhitasari yang menyebut Lintang Kemukus sebagai Komet Van Java dari buku "Sejarah Kutha Sala: Kraton Sala, Bengawan Sala, Gunung Lawu" karya R.M. Ng. Tiknopranoto dan R. Mardisuwignya, makna penampakan komet atau Lintang Kemukus menurut mitos yaitu sebagai berikut:

        Arah Timur

        Jika ada bintang berekor muncul di sebelah timur merupakan pertanda ada raja sedang berbela sungkawa. Para pengikutnya sedang bingung pikirannya. Orang desa banyak mengalami kerusakan dan bersusah hatinya. Beras dan padi murah harganya, tetapi emas akan mahal harganya.

        Arah Tenggara

        Apabila bintang berekor muncul dari arah tenggara maka pertanda ada raja meninggal. Orang desa banyak yang pindah. Hujan menjadi jarang. Buah-buahan banyak yang rusak. Ada wabah penyakit. banyak orang sakit dan meninggal. Beras dan padi mahal. Kerbau dan sapi banyak yang dijual oleh pemiliknya.

        Arah Selatan

        Sementara apabila bintang berekor muncul dari arah selaran, maka pertanda ada raja meninggal. Para pembesar sedang bersusah hatinya. Banyak hujan. Hasil kebun melimpah hasilnya. Beras, padi, kerbau, dan sapi murah harganya. Orang desa merana hatinya, mengagungkan kekuasaan Tuhan Yang Maha Suci.

        Arah Barat Daya

        Kemunculan bintang berekor dari arah barat daya juga sebagai pertanda ada raja meninggal. Orang desa melakukan kebajikan. Beras dan padi murah harganya. Hasil kebun berlimpah ruah. Kerbau dan sapi banyak yang mati.

        Arah Barat

        Sementara kemunculan bintang berekor dari arah barat merupakan pertanya baik yaitu adanya penobatan Raja. Pembesar dan orang desa merasa senang hatinya. Beras dan padi murah harganya. Apa yang ditanam akan berbuah subur dan cepat membuahkan hasil. Hujan deras dan lama. Barang yang diperjual-belikan dalam bentuk apa saja akan murah harganya, karena memperoleh berkah Tuhan.

        Arah Barat Laut

        Lalu kemunculan bintang berekor dari arah barat laut berarti pertanda ada raja berselisih memperebutkan kekuasaan. Para adipat berselisih memperebutkan kekuasaan. Warga desa bersedih hatinya. Kerbau dan sapi banyak yang mati. Hujan dan petir akan terjadi di musim yang salah. Kekurangan (gerhana) akan semakin meluas dan berjangka waktu lama. Beras dan padi akan mahal harganya, namun emas murah harganya.

        Arah Utara

        Sementara kemunculan bintang berekor dari arah utara yakni pertanda ada raja yang kalut pikirannya karena kekeruhan dalam pemerintahan. Akan timbul perselisihan yang berkembang menjadi peperangan. Beras dan padi mahal harganya, namun emas murah.

        Masyarakat zaman dulu secara turun-temurun membuat tumpeng untuk mengatasi serangan pagebluk. Setelah diupacarai, puncak tumpeng akan dikepras atau dipotong dengan tujuan untuk menghilangkan penyakit. Namun, bagaimana faktanya?

        Fakta

        Sementara itu, menurut Emanuel Sungging Mumpuni dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) yang dikutip dari detik.com menyebutkan bahwa lintang kemukus sebagai fenomena hujan meteor yang tak ada hubungannya dengan mitos. LAPAN juga menegaskan bahwa hal ini tidak ada hubungannya secara astronomi.

        "Tidak ada hubungannya. Sama seperti tempo hari katanya bintang Tsuraya tanda wabah berakhir, ternyata wabah masih terjadi sampai sekarang," ungkapnya.

        Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa lintang kemukus adalah istilah Jawa untuk bintang berekor.

        "Kebetulan memang beberapa hari terakhir itu sedang musim hujan meteor Draconid, jadi itu bisa jadi bagian dari fenomena hujan meteor tersebut. Tidak ada dampak bahayanya," ujarnya.

        Dilansir dari timeanddate.com, hujan meteor Draconid yang juga dikenal sebagai Giacobinids adalah salah satu dari dua hujan meteor yang setiap tahun menghiasi langit di bulan Oktober. Letupan meteor draconid biasanya sederhana, menghasilkan hanya beberapa meteor per jam.

        Draconid biasanya terjadi dari 6 Oktober hingga 10 Oktober setiap tahun, terkadang menampilkan penampakan yang luar biasa. Namun, banyak juga yang menilai kurang menarik.

        Adapun penampakan yang terhebat menurut para astronom adalah pada tahun 1933. Astronom Eropa saat itu dapat melihat hingga 500 draconid per menit. Dan pengamat di seluruh Amerika Serikat bagian Barat melihat ribuan Draconid per jam di waktu puncak pada tahun 1946. Fenomena ini sejatinya bisa dilihat dengan mata telanjang, namun tetap dibutuhkan langit yang cerah.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Fajria Anindya Utami
        Editor: Fajria Anindya Utami

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel:

        Berita Terkait