Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Muslim-muslim di AS Punya Pengaruh dalam Tentukan Presiden AS Selanjutnya

        Muslim-muslim di AS Punya Pengaruh dalam Tentukan Presiden AS Selanjutnya Kredit Foto: Reuters/Kevin Lamarque
        Warta Ekonomi, Washington -

        Salah seorang warga Amerika Serikat (AS), Fatima Salman (43 tahun) yang merupakan Muslim Amerika dari Detroit, Michigan mengatakan dirinya pasti memilih Joe Biden dibanding Donald Trump. Calon dari Partai Demokrat ini dinilainya lebih baik keberpihakannya kepada umat Islam Amerika.

        “Saya memiliki tiga anak dan saya khawatir tentang masa depan mereka jika Trump terpilih kembali. Ini masalah eksistensi kita sendiri dan masa depan negara ini secara keseluruhan," ujar Salman, dilansir di Al Jazeera, Rabu (14/10/2020).

        Baca Juga: Terang-terangan Artis ini Kecam Presiden Trump yang Rasis

        Suara Salman dan Muslim AS lainnya bisa menjadi faktor penting dalam menentukan pemenang pemilihan presiden Amerika Serikat 3 November mendatang. Data menyebutkan ada sekitar 3,45 juta Muslim di AS, meskipun hanya sekitar satu persen dari total populasi negara itu.

        Namun, konsentrasi mereka terdapat di negara bagian penting dalam pertarungan pemilu. Di negara-negara bagian seperti Michigan, Florida, Wisconsin, dan Pennsylvania suara umat Islam sangat berpengaruh.

        "Taruhannya sangat tinggi di Michigan, negara bagian dengan 270 ribu pemilih Muslim terdaftar. Hillary Clinton, pada 2016, kalah dari Trump dengan kurang dari satu poin persentase - sedikit di atas 10 ribu suara," kata Direktur Pelaksana Emgage Mohamed Gula. 

        Emgage adalah sebuah kelompok advokasi Muslim AS. “Ketika berbicara tentang nilai suara Muslim, kami dapat dengan mudah mengubah pemilihan,” kata Gula.

        Kecenderungan Muslim memilih calon yang memperhatikan perawatan kesehatan, pendidikan, dan reformasi peradilan pidana. 

        “Tentunya, kami akan mendengar masalah kebijakan luar negeri dipusatkan. Tetapi banyak masalah yang kami dengar hari ini, mengenai apa yang benar-benar berdampak pada komunitas Muslim adalah beberapa masalah yang sama yang juga terkena dampak pada rata-rata orang Amerika," ujarnya.

        Donald Trump memang lebih condong dicitrakan sebagai sosok yang tidak memihak kepada umat Islam. Hal ini ditunjukkan dengan mengeluarkan aturan yang melarang warga dari beberapa negara mayoritas Muslim memasuki AS tidak lama setelah menjabat pada 2017.

        Trump juga menyudutkan Muslim dalam serangkaian komentar dan tweet yang meremehkan yang mengecam Islam radikal dan membuat daftar negara-negara Muslim berbahaya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: