Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Hasil Pemilu AS Sebabkan Ketidakpastian Ekonomi Dunia Masih Tinggi

        Hasil Pemilu AS Sebabkan Ketidakpastian Ekonomi Dunia Masih Tinggi Kredit Foto: Reuters/Brian Snyder
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        The Economist Intelligence Unit (EIU) menerbitkan laporan tahunan yang memberikan prospeknya untuk enam industri global yakni otomotif, barang konsumen dan ritel, energi, layanan keuangan, perawatan kesehatan dan farmasi, dan telekomunikasi.

        "Banyak dari apa yang kami prediksi dalam laporan tahun lalu ternyata salah. Seperti yang kita semua tahu, pandemi virus corona (Covid-19) membalikkan asumsi tentang perkembangan ekonomi global dan menghancurkan harapan pertumbuhan yang stabil bagi banyak industri. Tahun ini lebih banyak ketidakpastian dan risiko terbentang di depan saat dunia terhuyung-huyung menuju pemulihan," kata Direktur Operasi Industri EIU, Ana Nicholls, pada Rabu (21/10/2020).

        Baca Juga: Kabar Buruk, Tahun Depan Ekonomi Global Diperkirakan Belum Pulih

        Salah satu risiko yang akan segera terjadi adalah pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS) pada tanggal 3 November mendatang yang dapat mengakibatkan perubahan kebijakan jika kandidat Partai Demokrat, Joe Biden, menang.

        "Ketidakpastian kemungkinan besar terjadi jika hasil pilpres tersebut disengketakan. Namun, yang mendasari ketidakstabilan politik dan ekonomi ini adalah tren yang tetap konsisten atau bahkan diperburuk oleh pandemi," tambahnya.

        Meskipun tren ini akan bervariasi dari satu industri ke industri lain, laporan tahun ini menyoroti setidaknya empat industri yang telah membentuk kembali ekonomi global dan industri yang mereka pantau.

        Ana mengatakan, kehilangan pekerjaan dan kebangkrutan akan meningkat. Dengan keuangan perusahaan yang sudah melemah oleh pandemi dan akibatnya lockdown, banyak perusahaan tidak akan dapat memanfaatkan pemulihan yang kemungkinan besar akan mengganggu.

        "Sektor barang konsumsi dan ritel khususnya cenderung mengalami gelombang kebangkrutan dan penutupan toko karena makin banyak bisnis yang online. Sektor keuangan juga harus menghadapi peningkatan tajam dalam kredit macet," pungkasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Boyke P. Siregar
        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Bagikan Artikel: