Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Gawat, Cadangan Migas Pertamina Cuma sampai 7 Tahun, Setelahnya Habis!

        Gawat, Cadangan Migas Pertamina Cuma sampai 7 Tahun, Setelahnya Habis! Kredit Foto: PT PHM
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        PT Pertamina (Persero) mencatat resource to production ratio minyak dan gas bumi (migas) perseroan hanya berusia tujuh tahun. Bila tidak ada upaya strategis, maka cadangan migas Pertamina akan habis dalam jangka waktu tersebut.

        Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, ada sejumlah opsi yang harus dilakukan meningkatkan produksi perusahaan. Opsi tersebut melakukan akuisisi aset perusahaan migas yang memiliki cadangan migas besar dan upaya menemukan cadangan migas baru.

        "Karena resource to production ratio Pertamina hari ini adalah tujuh tahun. Jadi, bisa dibayangkan kalau kita tidak melakukan atau tidak menemukan cadangan baru atau tidak melakukan akuisisi perusahaan aset migas yang memiliki cadangan yang besar, maka dalam tujuh tahun cadangan ini akan habis," ujar Nicke dalam Webinar, Jakarta, Kamis (22/10/2020).

        Baca Juga: Transformasi Digital PGN Hadapi Era Disrupsi

        Nicke mengakui tren produksi dari cadangan migas Pertamina mengalami penurunan. Namun, dirinya bersama manajemen perseroan siap memasang target produksi minyak dari 420.000 barel per hari menuju angka 1 juta barel per hari pada 2026. Langkah ini untuk menggenjot tingkat produksi migas Pertamina.

        Nicke menyebut, peningkatan produksi secara cepat hanya bisa dilakukan dengan melakukan akuisisi aset migas perusahaan lain.

        "Kita punya aspirasi hari ini kalau produksi migas kita 420.000 barel per hari, maka aspirasi kita di tahun setelah 2028 atau malah target kita dipercepat 2026, ini akan meningkat 1 juta barel per hari. Bagaimana caranya? Tentu ini satunya dengan melakukan akuisis, ini cara cepatnya kalau kita ingin melakukan peningkatan produksi dan cadangan," kata dia.

        Tak hanya itu, dalam melakukan transformasi bisnis, manajemen BUMN di sektor energi ini juga melakukan restrukturisasi keuangan.

        Nicke megutarakan, di sisi capital expenditure (Capex) atau belanja modal, pihaknya sudah memetakan kebutuhan operasional perusahaan dari 2020, 2026, hingga 2030. Skema Capex ini didasari pada kondisi yang dihadapi dan tuntutan eksitensi perseroan ke depannya.

        "Untuk melakukan transformasi bisnis ini juga diperlukan restrukturisasi dari sisi keuangan dengan tuntutan dari capex, kita sudah petakan kebutuhan dari 2020, 2026, sampai dengan 2030. Karena itu, kita kemudian menetapkan organisasi ini berdasafkan dengan tuntutan tadi," ujar dia.

        Baca Juga: Buka Transparansi, Info Penyaluran BBM & LPG Kini Bisa Diakses di Web Resmi Pertamina

        Dalam pasar global, pertamina berupaya agar produksinya mampu menjadi salah satu produk yang berstandar internasional. Karena itu, perseroan plat merah ini juga anganakan mengganti Bahan Bakar Minyak (BBM) standar Euro 2 dengan standar Euro 5 pada 2026, setelah proyek enam kilang yang sedang digarap beroperasi.

        "Kita masih Euro 2, padahal sebagina besar tuntutan dunai adalah Euro 4 dan Euro 5, jadi ini kenapa kemudian harus kita bangun," katanya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Rosmayanti

        Bagikan Artikel: