Pandemi Covid-19 telah mempercepat transformasi digital perekonomian di Indonesia dengan sangat cepat dalam sembilan bulan terakhir.
Transformasi digital ini telah berkembang pesat, lebih dari sekedar e-commerce dan perusahaan transportasi online dan telah merambah ke sektor-sektor lain seperti manufaktur, kesehatan, pendidikan, ritel, perhotelan, dan transportasi.
Founder & CEO Indonesia Economic Forum Shoeb Kagda mengatakan, ekonomi digital sudah menjadi arus utama di Indonesia. Dalam beberapa bulan terakhir, pandemi Covid-19 telah mempercepatnya, seiring makin banyaknya pelaku bisnis dan konsumen mengadopsi teknologi online untuk bekerja, belajar dan bahkan berbelanja.
"Tapi untuk bisa memaksimalkan potensi ekonomi digital, Indonesia harus berinvestasi pada infrastruktur dan mengadopsi lebih banyak teknologi seperti AI, cloud computing, IoT, dan big data analytic sebagai landasan dari revolusi industri 4.0. Kuncinya, pemerintah, swasta dan masyarakat harus bekerja sama membangun infrastruktur dan mengadopsi teknologi baru maupun proses bisnis baru,” Kata Founder & CEO Indonesia Economic Forum (IEF) Shoeb Kagda dalam acara IEF) Round Table bertajuk "Growth Prospects for Indonesia’s Digital Economy Post Covid-19” yang digelar HSBC Indonesia di Jakarta, Jumat (6/11/2020).
Baca Juga: Cuan! Sri Mulyani Pamer Ekonomi Digital RI Tembus Rp500 Triliun
Wakil Menteri Keuangan Indonesia, Suahasil Nazara, dalam sambutannya menekan dua hal. Pertama, dukungan pemerintah dalam bentuk kebijakan fiskal agar Indonesia tidak hanya mampu melalui pandemi Covid-19 dengan baik, namun juga dengan kebijakan luar biasa untuk mewujudkan reformasi secara struktural.
Sejak kasus positif Covid-19 terjadi pertama kali pada bulan Maret, pemerintah menyadari bahwa perekonomian akan tertekan dimana konsumsi rumah tangga dan investasi akan melambat seiring dengan terbatasnya interaksi masyarakat. Hal ini tercermin dari pertumbuhan PDB yang mengalami kontraksi 5,32% di kuartal-II 2020.
"Untuk itu pemerintah melakukan intervensi lewat kebijakan fiskal demi mencegah perlambatan ekonomi yang lebih dalam. Dan pada bulan Juli dan setelahnya, mulai terlihat mobilitas masyarakat yang menjadi dasar dari pemulihan aktivitas ekonomi Indonesia," paparnya.
Badan Pusat Statistik hari ini mengumumkan pertumbuhan PDB Indonesia mengalami kontraksi 3,49% di kuartal-III, lebih baik dari kuartal sebelumnya. Meskipun masih mengalami kontraksi, pemerintah berharap pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk keseluruhan tahun 2020 ini sekitar minus 1,7 hingga 0,6 persen.
“Saya yakin respon kebijakan fiskal dari pemerintah, di antaranya pengurangan tarif pajak penghasilan (PPh) Badan dari 25% menjadi 22% dan nanti akan dikurangi lagi menjadi 20%, bisa menarik lebih banyak perusahaan swasta untuk berinvestasi di Indonesia. Kami juga berkomitmen untuk mengesahkan UU Omnibus Cipta Kerja di tengah pandemi, agar iklim investasi membaik dan disaat yang bersamaan menciptakan lebih banyak lapangan kerja dan melindungi pekerja kita dengan adanya jaminan kehilangan pekerjaan misalnya. Ini akan menjadi landasan reformasi struktural pemerintah. Kami terus berkomitmen untuk terus melakukan reformasi struktural,” kata Suahasil.
Lebih lanjut, pemerintah akan menambah anggaran belanja kesehatan, bantuan ke UMKM dan meningkatkan kesiapan infrastruktur TIK dan digital di Indonesia. Kesehatan menjadi salah satu sektor penting dan menawarkan potensi ekonomi yang besar dan menjadi landasan sektor lain untuk pulih dari pandemi Covid-19.
“Konektivitas internet, data, dan gadget akan sangat penting. Itulah mengapa kami mengalokasikan subsidi internet. Peningkatan infrastruktur TIK juga penting untuk meningkatkan total labor productivity Indonesia. Itulah mengapa di tahun 2021 alokasi anggaran belanja pemerintah untuk TIK akan meningkat dan akan dialokasikan melalui transfer ke daerah dan beberapa kementerian seperti Kemenkominfo untuk koneksi satelit, Kemendikbud untuk subsidi internet pelajar dan lainnya, Kemensos, Kementerian PPN dan Kemenkeu sendiri. Kami sedang mengupgrade sistem tax core agar lebih user friendly dan memberikan kemudahan akses dan kepastian bagi para wajib pajak,” tambah Suahasil.
Menutup sambutannya, Suahasil kembali menegaskan pentingnya ekonomi dan transformasi digital untuk perekonomian Indonesia ke depan. Ia menjadi bagian dari agent of change dan harus inklusif bagi setiap penduduk Indonesia sehingga mereka semua bisa saling membantu meningkatkan perekonomian Indonesia serta mampu meningkatkan keamaan bagi transaksi digital, data dan keamanan digital dan lainnya.
"Ekonomi digital akan menjadi salah satu sektor ekonomi yang fundamental bagi kehidupan pasca Covid-19 dalam 2 hingga 3 tahun ke depan. Apalagi jika sektor penting lainnya seperti pertanian dan pengolahan juga bisa mengadopsi transformais digital, dampaknya akan lebih besar," tandasnya.
Di satu sisi, telekomunikasi juga menjadi salah satu sektor yang paling berkembang pesat saat ini dan mungkin dua hingga 3 tahun mendatang karena masyarakat juga akan makin bergantung pada penyedia jasa telekomunikasi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fajar Sulaiman