Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Bank Milik Negara vs Swasta: BCA Masih Jawaranya!

        Bank Milik Negara vs Swasta: BCA Masih Jawaranya! Kredit Foto: Antara/Sigid Kurniawan
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Posisi BCA sebagai bank swasta berhasil mengungguli mayoritas bank milik negara (BUMN) sepanjang sembilan bulan pertama tahun 2020. Berdasarkan data yang dihimpun Warta Ekonomi, kinerja keuangan emiten perbankan memang belum sepenuhnya pulih, mengingat pandemi Covid-19 pun masih berlangsung hingga saat ini.

        Selama periode kuartal III 2020, hampir semua bank BUMN masih mencatatkan penurunan laba bersih. Begitu pun dengan BCA. Namun, jika dilihat berdasarkan persentase penurunan dan besaran laba yang diperoleh, BCA memang mampu lebih baik. Untuk lebih jelasnya, simak rangkuman berikut ini.  Baca Juga: Daftar Kasus Pembobolan Rekening Maybank yang Bikin Nasabah Gigit Jari

        1. BCA (-4,2%)

        PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) membukukan laba bersih sebesar Rp20 triliun pada kuartal III 2020. Seperti disinggung sebelumnya, capaian tersebut memang menurun dari periode yang sama pada tahun 2019 lalu. Namun, penurunan itu terbilang tipis, yakni 4,2% dari Rp20,9 triliun pada kuartal III 2019. Baca Juga: BCA Cetak Sejarah Baru di Bawah Kepemimpinan Jahja Setiaatmadja, Gak Main-Main!

        Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja, mengungkapkan bahwa pandemi masih menjadi tantangan bagi perekonomian. Meskipun begitu, Jahja menilai sudah ada tanda-tanda pemulihan bagi sektor perbankan. Hal itu dapat tercermin dari keberhasilan BCA dalam mendongkrak pendapatan bunga bersih sebesar 9,0% menjadi Rp40,8 triliun pada Q3 2020. Sementara itu, aset BCA menembus rekor baru, yakni sebesar Rp1.000 triliun per September 2020.

        "Kami sangat bersyukur atas program relaksasi dari regulator yang membantu perbankan dan nasabah dalam melewati masa yang sulit untuk mencapai pemulihan," pungkasnya beberapa waktu lalu.

        2. Bank Mandiri (-30,72%)

        Kinerja PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) sebagai bank pelat merah pada kuartal III 2020 belum maksimal. Pasalnya, perolehan laba Bank Mandiri merosot tajam hingga 30,72% dari Rp20,25 triliun pada September 2019 menjadi hanya Rp14,03 triliun pada September 2020. Baca Juga: OJK, Bank Mandiri, dan BPD NTB Syariah Siap Bantu Pemulihan Ekonomi NTB

        Koreksi laba tersebut sejalan dengan capaian pendapatan bunga bersih yang lebih rendah secara tahunan. Jika pada Q3 2019 Bank Mandiri mengantongi pendapatan bunga bersih Rp43,94 triliun, angkanya terpangkas 4,05% menjadi Rp42,16 triliun pada Q3 2020. Direktur Utama Bank Mandiri, Darmawan Junaedi, mengungkapkan bahwa pemulihan perekonomian, khususnya bagi pera pelaku UMKM masih menjadi fokus utama perusahaan di tengah pandemi Covid-19.

        "Kami berharap inisiatif ini dapat mengembalikan optimisme dan memulihkan denyyut nadi perekonomian Indonesia yang terdampak pandemi Covid-19," ungkap Darmawan Junaedi kepada awak media beberapa waktu lalu.

        3. BNI (-63,9%)

        PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) mencatatkan penurunan laba bersih yang lebih dalam daripada Bank Mandiri. Merujuk ke laporan keuangan perusahaan, keuntungan BNI turun 63,9% dari Rp11,97 triliun pada September 2019 menjadi Rp4,32 triliun pada September 2020.

        Sementara itu, pendapatan bunga bersih tercatat menurun 0,81% dari Rp26,87 triliun pada Q3 2019 menjadi Rp26,65 triliun pada Q3 2020. Direktur Bisnis Konsumer BNI, Corina Leyla Karnalies, mengUngkapkan bahwa penurunan tersebut tidak terlepas dari upaya BNI dalam memperkuat fundamental keuangan, di mana rasio kecukupan pencadagangan naik dari 159,2% pada tahun lalu menjadi 206,9% pada tahun ini. Bersamaan dengan itu, BNI juga berfokus pada perbaikan kualitas aset di tengah pandemi Covid-19.

        "Manajemen lebih berfokus pada perbaikan kualitas aset, salah satunya dengan cara melakukan assessment secara komprehensif dan intens untuk memantau debitur, mengingat kondisi ekonomi yang menantang di tengah pandemi ini," pungkasnya.

        4. BTN (+39,72%)

        Ketika mayoritas bank lain mengalami pertumbuhan laba negatif, kinerja PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) justru cemerlang pada kuartal ketiga tahun 2020. Bagaimana tidak, laba bersih BTN bertumbuh 39,72% dari Rp801,46 miliar pada September 2019 menjadi Rp1,12 triliun pada September 2020. 

        Direktur Utama Bank BTN, Pahala Nugraha Mansury, mengklaim bahwa keuntungan bank yang tumbuh subur ditopang oleh upaya penguatan BTN, khususnya dalam sisi kualitas aset, likuiditas, permodalan, bisnis, sampai efisiensi di tengah masa pandemi Covid-19.

        “Di tengah tekanan akibat pandemi, kenaikan laba bersih Bank BTN menjadi bukti strategi yang kami lakukan berada pada jalur yang tepat. Hingga akhir tahun nanti, kami optimistis target laba bersih akan tercapai,” tegas Pahala dalam kesempatan paparan publik beberapa waktu lalu.

        5. BRI

        Emiten bank BUMN berikutnya adalah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI). Namun, BRI sampai dengan saat ini belum merilis laporan keuangan perusahaan untuk kuartal III 2020. Vice President Corporate Secretary BRI, Kusnandar Nugraha, mengungkapkan bahwa hal itu berkenaan dengan rencana BRI untuk menyertakan laporan akuntan dalam laporan keuangan tersebut.

        Dengan adanya rencana tersebut, BRI memiliki waktu penyampaian laporan keuangan sampai dengan Desember 2020, atau tiga bulan sejak tanggal laporan keuangan kuartal III 2020 pada September lalu.

        "Laporan keuangan triwulan III tahun 2020 PT Bank Rakyat Indonesia Tbk yang berakhir pada tanggal 30 September 2020 akan disertai laporan akuntan dalam rangka laporan keuangan yang diaudit," jelasnya secara tertulis melalui keterbukaan informasi.

        Sebagai pengingat, pada semester I 2020 lalu, BRI mengantongi keuntungan bersih sebesar Rp10,18 triliun. Angka tersebut 36,88% lebih rendah daripada capaian laba bersih semester I 2019 yang mencapai Rp16,13 triliun. 

        Anjloknya laba bersih BRI tidak terlepas dari kontraksi pendapatan bunga, syariah bersih, dan pendapatan premi sebesar 7,36% dari Rp40,04 triliun menjadi Rp37,09 triliun. Penyaluran kredit BRI dalam enam bulan pertama tahun 2020 juga turun 1,07% dari Rp877,44 triliun menjadi Rp886,91 triliun. 

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Lestari Ningsih
        Editor: Lestari Ningsih

        Bagikan Artikel: