Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Kisah Orang Terkaya: Gina Rinehart, Anak Konglomerat yang Buktikan Dirinya Tak Manja

        Kisah Orang Terkaya: Gina Rinehart, Anak Konglomerat yang Buktikan Dirinya Tak Manja Kredit Foto: REUTERS/Jason Reed
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Kursi orang terkaya di Australia diduduki oleh Gina Rinehart. Ialah pewaris pertambangan paling kaya di Australia, termasuk deretan wanita paling tajir di dunia. Gina Rinehart saat ini menjabat sebagai Ketua Hancock Prospecting, perusahaan eksplorasi dan ekstraksi mineral yang didirikan oleh ayahnya, Lang Hancock pada tahun 1950-an.

        Sebagai anak tunggal Lang Hancock, Gina telah dipersiapkan untuk menggantikan ayahnya sejak usia dini. Wanita kelahiran 9 Februari 1954 ini pun memperoleh pengetahuan yang luas tentang industri bijih besi di usia muda dan secara aktif terlibat dalam membantu ayahnya mengembangkan bisnis.

        Baca Juga: Kisah Orang Terkaya: Eric Schmidt, Insinyur Teknologi yang Bikin Google Jadi Raksasa

        Seperti yang diharapkan, dia mewarisi Hancock Prospecting Pty Limited (HPPL) dan perusahaan Grup HPPL setelah kematian ayahnya.

        Gina terbukti sebagai pengusaha wanita yang cerdik dan mengembangkan bisnis secara luas selama tahun-tahun berikutnya. Sebagai putri dari konglomerat, Gina sejak kecil menjalani kehidupan yang mewah. Ayahnya memanjakannya sepenuhnya dan memastikan bahwa dia menikmati semua kemewahan yang bisa dibeli dengan uang.

        Sejak kecil, Lang Hancock membawa putrinya dalam perjalanan bisnis dan mengajaknya menghadiri rapat perusahaan. Gina mewarisi minat ayahnya dalam bisnis pertambangan dan memperoleh pengalaman berharga di bidang tersebut saat masih remaja.

        Setelah menyelesaikan sekolahnya, dia mendaftar di University of Sydney untuk belajar ekonomi. Namun, dia tidak menyukai kehidupan universitasnya dan memutuskan untuk keluar agar langsung terjun bekerja bersama ayahnya dalam bisnisnya.

        Gina sejak dulu adalah seorang wanita muda yang cerdas dengan minat yang tulus dalam mengembangkan bisnis yang dibangun dengan penuh kasih oleh ayahnya. Setelah putus kuliah, dia bergabung dengan ayahnya dan memperoleh pengetahuan luas tentang bagaimana pertambangan dan industri bijih besi beroperasi.

        Setelah ayahnya meninggal pada tahun 1992, Gina pun mewarisi bisnis dan mulai berkembang. Dia fokus pada pengembangan simpanan perusahaan yang belum berkembang dan menandatangani beberapa kemitraan usaha patungan untuk meningkatkan modal.

        Selama kepemimpinan Gina, Hancock Prospecting mengadakan usaha patungan dengan Rio Tinto dan berbagi 50 persen dari keuntungan yang dihasilkan oleh tambang Hope Downs. Kerjasama yang dioperasikan oleh Rio Tinto ini menghasilkan 30 juta ton bijih besi setiap tahun. Perusahaan juga memiliki usaha patungan dengan Mineral Resources Limited di Nicholas Downs, di barat laut Newman, yang memproduksi 500 juta ton mangan ferruginous.

        Selama bertahun-tahun, Gina memperluas kepentingan bisnisnya yang tidak lagi terbatas pada bisnis pertambangan. Dia mengakuisisi 10 persen saham di Ten Network Holdings pada 2010 dan kemudian membeli saham besar di Fairfax Media. Pada Februari 2012 dia telah menjadi pemegang saham terbesar di Fairfax dengan kepemilikan lebih dari 12 persen.

        Pada 2015, Gina mengakuisisi Fossil Downs, sebuah penyewaan pastoral dan peternakan, setelah dipasarkan untuk pertama kalinya dalam 133 tahun. Hari ini, berdasarkan Forbes Real Time Net Worth, harta kekayaan Gina Rinehart mencapai USD16,3 miliar atau setara dengan Rp229 triliun.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Fajria Anindya Utami
        Editor: Fajria Anindya Utami

        Bagikan Artikel: