Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Tak Terimbas Pandemi, Bisnis Sistem Pembayaran Transportasi Tetap Menjanjikan

        Tak Terimbas Pandemi, Bisnis Sistem Pembayaran Transportasi Tetap Menjanjikan Kredit Foto: Taufan Sukma
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Jumlah ketersediaan fasilitas jalan tol di Indonesia relatif masih tertinggal dibanding negara-negara lain. Per akhir tahun 2019 saja, panjang jalan tol yang tersedia di Indonesia tercatat masih 2.093 kilometer. Sebagai perbandingan, China sebagai ‘raksasa’ Asia saat ini diketahui memiliki total panjang tol mencapai 15.000 kilometer. “Karena itu meski pandemi pembangunan jalan tol tetap jalan terus karena jumlahnya masih kecil (dibanding negara lain). Yang sudah masuk tahap persiapan ada 5.000 km. Yang sudah dibangun baru 2.000 km. Itu saja sudah naik signifikan dibanding tahun 2014 Selama 2020 sampai 2024 akan dibangun lagi 2.500 km. Pemerintah targetnya dalam jangka panjang (panjang jalan tol nasional) bisa mencapai 18.000 km,” ujar Direktur Utama PT Delameta Bilano, Tri Bayu Wicaksono, dalam diskusi virtual dengan tema ‘Bisnis Sistem Transportasi di Tengah Pandemi’, Sabtu (21/11).

        Sebagaimana diketahui, PT Delameta Bilano merupakan salah satu pelaku bisnis sistem pembayaran transportasi berbasis riset di Indonesia. Dengan melihat tren pertumbuhan panjang jalan tol yang ada di dalam negeri, Tri Bayu ingin mengungkapkan bahwa ceruk bisnis yang digeluti perusahaannya saat ini masih sangat menjanjikan, meski pun dihadang oleh pandemi COVID19. “Seiring massifnya pembangunan (jalan tol di Indonesia), bisnis (sistem pembayaran transportasi) ini rata-rata bisa tumbuh 20 persen per tahun. Dalam dua tahun ke depan, nilai pengadaan system (pembayaran transportasi jalan tol) bakal mencapai sekitar Rp4 triliun. Di luar itu masih ada potensi bisnis lain dari penggantian (replacement) perangkat, karena biasanya harus ganti setelah masa pakai lima tahun. Nilainya sekitar Rp2 triliun. Jadi masih sangat menjanjikan,” tutur Tri Bayu.

        Geliat bisnis sistem pembayaran transportasi ini, menurut Tri Bayu, jadi makin maksimal bahkan cenderung tak lagi terbendung sejak adanya mandatori penggunaan uang elektronik dalam pembayaran tol. Dengan adanya mandatori itu, setiap operator jadi terdorong untuk terus mencari sistem pembayaran yang andal dan berkualitas, sehingga dapat diandalkan untuk mendukung kinerja operasional. “Dari sana sistem pembayaran ini sangat dirasakan manfaatnya bagi operator, sehingga kinerja bisnis jadi lebih efisien, mencegah fraud dan juga memperlancar arus keluar-masuk kendaraan. Kami, misalnya, menawarkan sistem pembayaran jalan tol yang komplet, mulai dari automatic vehicle baclassification (AVC), loop vehicle sensor, collecting terminal machine, infra merah, lane barrier system, electronic toll connection (ETC), CCTV, variable message sign (VMS) hingga plat recognition,” tegas Tri Bayu.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Taufan Sukma
        Editor: Taufan Sukma

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: