Gandeng AS, Tetangga Dekat Indonesia Ikut-ikutan Rakit Sendiri Rudal Jelajah Hipersonik
Australia dan Amerika Serikat (AS) bermitra untuk mengembangkan dan menguji rudal jelajah hipersonik yang diluncurkan dari udara di bawah program Southern Cross Integrated Flight Research Experiment (SCIFiRE). Kedua negara pada hari Senin mengumumkan kerjasama tersebut.
Australia, yang merupakan tetangga Indonesia, menjadi negara terbaru yang ikut-ikutan mengembangkan senjata hipersonik. Beberapa negara yang telah terang-terangan mengembangkan rudal hipersonik adalah AS, Rusia dan China.
Baca Juga: Cuekin China, AS Sengaja Jual 400 Rudal Harpoon buat Diborong Taiwan
Dari perspektif AS, upaya tersebut berada di bawah Allied Prototyping Initiative (API), yang dikelola oleh Directorate of Advanced Capabilities di Kantor Wakil Menteri Pertahanan untuk Riset dan Teknik.
Program ini akan dilaksanakan oleh Angkatan Udara AS di bawah naungan pejabat eksekutif program senjata, dan akan memanfaatkan lebih dari 15 tahun kolaborasi dalam penelitian scramjet, motor roket, sensor, dan bahan manufaktur canggih antara kedua negara.
Perjanjian sebagai tindak lanjut diskusi antara mantan Menteri Pertahanan AS Mark Esper dan Menteri Pertahanan Australia Linda Reynolds selama pembicaraan Konsultasi Tingkat Menteri Australia-AS yang diadakan di Washington pada bulan Juli lalu. Esper saat ini telah dipecat Presiden Donald Trump sebagai menteri pertahanan Amerika.
"SCIFiRE adalah bukti nyata dari persahabatan yang abadi dan kemitraan yang kuat antara Amerika Serikat dan Australia," kata Michael Kratsios, Wakil Menteri Pertahanan untuk Penelitian dan Teknik, dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip Defense News, Selasa (1/12/2020).
"Inisiatif ini akan menjadi penting untuk masa depan penelitian dan pengembangan (senjata) hipersonik, memastikan AS dan sekutu kita memimpin dunia dalam memajukan kemampuan perang transformasional ini. Kami berterima kasih kepada Departemen Pertahanan Australia atas komitmen bersama mereka untuk upaya game-changing ini."
Program SCIFiRE akan memanfaatkan kerja kolaboratif yang dilakukan dalam kemitraan dengan Angkatan Udara Australia, Kelompok Sains dan Teknologi Pertahanan Australia, dan Universitas Queensland pada program Hypersonic International Flight Research Experimentation.
Senjata baru itu akan menjadi rudal serang presisi kelas 5 Mach yang diluncurkan dengan tenaga penggerak dan didukung oleh mesin scramjet yang "bernapas" udara. Ini diharapkan untuk memasuki layanan dalam lima sampai 10 tahun ke depan.
Kepala kemampuan Angkatan Udara di Markas RAAF di Canberra, Wakil Marsekal Udara Catherine Roberts, mengatakan senjata itu akan mampu dibawa oleh pesawat tempur taktis seperti F/A-18F Super Hornet, EA-18G Growler dan F-35A Lightning II, serta pesawat pengintai maritim P-8A Poseidon.
Pengujian akan dilakukan di Australia, kemungkinan di Woomera Test Range di pedalaman terpencil Australia Selatan.
Meskipun tidak ada rincian pendanaan yang dirilis hingga saat ini, Roberts mengatakan Rencana Struktur Angkatan 2020 Australia baru-baru ini mencakup antara AUD6,2 miliar hingga AUD9,3 miliar (USD4,6 miliar hingga USD6,9 miliar) untuk kemampuan serangan jarak jauh dan pertahanan rudal berkecepatan tinggi, di mana SCIFiRE adalah contohnya.
Meskipun RAAF saat ini tidak mencari industri unggulan untuk membantu program tersebut, Roberts mengindikasikan bahwa diskusi dengan usaha kecil dan menengah Australia akan dimulai Jumat.
“(Kelompok Sains dan Teknologi Pertahanan Australia) telah melakukan beberapa studi awal tentang kemampuan kami di Australia dan kami akan melibatkan mitra industri kami. Ini bukan hanya inisiatif penelitian dan pengembangan, kami ingin benar-benar mengembangkan kemampuan," katanya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: