Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Alternatif Bioplastik Sawit untuk Solusi Sampah Plastik

        Alternatif Bioplastik Sawit untuk Solusi Sampah Plastik Kredit Foto: Antara/Syifa Yulinnas
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Sejak beberapa tahun terakhir, Pemerintah Indonesia telah menggalakkan program pelarangan penggunaan kantong plastik sintetis sekali pakai di pusat perbelanjaan dan toko swalayan di beberapa wilayah sebagai upaya untuk mengurangi sampah plastik.

        Namun ternyata, program tersebut dinilai bukan solusi atas permasalahan sampah plastik nasional. Pasalnya, data BPS mencatat, sampah plastik di Indonesia menembus angka 64 juta ton per tahun. Alternatif solusi dari permasalahan tersebut salah satunya, yakni dengan mengganti plastik konvensional ke biodegradable plastic atau bioplastik. 

        Bioplastik merupakan plastik ramah lingkungan yang secara alamiah dapat dengan mudah terdegradasi sehingga setelah habis dipakai dan dibuang, akan hancur terurai oleh mikroorganisme tanah tanpa meninggalkan zat beracun.

        Baca Juga: Remajakan Kebun Sawit Rakyat, SMAF Jalin Kemitraan dengan Petani Swadaya Sumsel

        Salah bahan organik potensial yang dapat dijadikan sebagai bahan baku bioplastik, yakni limbah tandan kosong kelapa sawit (TKKS). Biomassa sawit tersebut banyak mengandung selulosa, hemiselulosa, dan lignin sehingga potensial dan cocok dijadikan sebagai bahan baku pembuatan bioplastik.

        Dalam laporan PASPI Monitor dituliskan, "salah satu senyawa kimia yang dapat dihasilkan dari selulosa TKKS adalah asam laktat yang menjadi bahan baku utama dalam pembuatan polimer biodegradable berupa poliasam laktat (PLA). Polimer tersebut dapat dijadikan sebagai alternatif pengganti polimer konvensional seperti polyethylene (PE), polypropylene (PP), polythylene tetephthalate (PET), maupun polystyrene (PS)."

        Penelitian IPB terbaru juga menghasilkan bioplastik ramah lingkungan berbasis biomassa TKKS melalui penerapan nanoteknologi pada selulosa. Penerapan teknologi tersebut dapat meningkatkan karakteristik mekanik polimer bioplastik sehingga dapat menghasilkan produk bioplastik dengan kualitas yang lebih baik daripada produk sejenis di pasaran.

        Selain menjadi solusi pencemaran lingkungan dan mengancam kesehatan manusia, produk bioplastik yang dikembangkan dari biomassa sawit juga menjadi solusi atas besarnya devisa yang dikorbankan Indonesia untuk mengimpor petrokimia sebagai bahan baku plastik.

        "Data Trademap menunjukkan bahwa nilai impor petroplastik (HS 3901-3914) tahun 2019 mencapai US$5,78 miliar. Sehingga dengan diproduksinya bioplastik sawit oleh industri domestik dapat mengurangi impor bahan baku plastik dan negara akan menghemat devisa impor. Devisa impor tersebut juga dapat dialihkan menjadi subsidi industri domestik sehingga dapat menciptakan multiplier effect (penyerapan tenaga kerja, pendapatan, output) di dalam negeri yang lebih besar," seperti dilansir dari laporan PASPI Monitor.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Ellisa Agri Elfadina
        Editor: Rosmayanti

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: