Nggak Gentar Sedikitpun! Ini Penyebab Dosen USU Berani Ngatain SBY dan AHY Bodoh
Dosen Universitas Sumatera Utara (USU) Prof Yusuf Leonard Henuk memberikan penjelasan alasan dirinya berani menyerang Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY dengan julukan 'Bapak Mangkrak Indonesia' serta putra SBY, Agus Harimurti Yudhoyono, sebagai sosok yang bodoh sekali lewat akun media sosial.
Ia menyebut bahwa seharusnya SBY dan AHY merespons cuitannya di Twitter itu secara langsung. Mulanya, ia bicara soal penyebab dirinya menuliskan cuitan tersebut. Ia juga tampak menyinggung soal berita yang berisi ucapan SBY terkait vaksinasi corona.
"Saya tidak setuju itu. Seolah-olah dia buat begitu berpikir nanti ada masalah besar," ucapnya di Jakarta, Rabu (13/1/2021).
Baca Juga: Kena Batunya! Gegara Serang dan Hina SBY, Profesor USU Dipolisikan
Ia mengatakan SBY seharusnya mendukung pemerintah dalam menuntaskan pandemi Covid-19 ini. Sebab, menurut dia, saat ini dunia sedang berjuang menghadapi pandemi Covid-19.
"Dunia lagi susah tentang ini Covid-19, dia dukunglah. Harus, karena semua, dunia lagi kena Covid-19, kecuali Indonesia saja yang salah," ucapnya.
Baca Juga: Terungkap Alasan Guru Besar USU Berani Ngatain SBY dan AHY: Fans Berat Jokowi
"Saya kan orang NTT (Nusa Tenggara Timur), budaya kami beda, karakter kami omong ini buka-buka saja," sambung Yusuf.
Kemudian ia menjelaskan soal julukan SBY sebagai bapak mangkrak. Ia mengatakan ucapannya itu didasarkan pada berita yang berisi omongan politikus PDIP tentang proyek mangkrak masa SBY.
"Referensi saya ke situ, salah di mana? Kenapa PDIP bicara kamu tidak mengamuk? Kemudian saya bicara kamu mulai? Hambalang sudah benar?" ucapnya.
Sementara itu, ia memberikan penjelasan alasan dirinya menyebut AHY sebagai orang yang bodoh. Menurutnya, hal tersebut terkait ucapan AHY tentang jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ182.
"Kok pesawat jatuh kok yang disalahkan pemerintah. Kenapa ya? Bagi saya tidak masuk akal," tuturnya.
"Untuk dia, langsung saya cari 7 faktor pesawat jatuh. Tidak ada namanya government error," sambungnya.
Merespons hal tersebut, Demokrat menilai kata-kata yang ditulis Prof Yusuf Leonard Henuk merupakan sebuah penghinaan. Karena itu, Demokrat langsung membawa persoalan ini ke jalur hukum.
Kader Partai Demokrat Sumatera Utara, Subanto melaporkan Yusuf ke Polda Sumut. Laporan tersebut sudah diterima Polda Sumut dengan nomor STTLP/75/I/2021/SUMUT/SPKT.
"Saya laporkan akun Twitter dan Facebook atas nama Profesor Yusuf L Henuk karena menyebut SBY itu bodoh, AHY itu bodoh, terus semua kader dan militan SBY itu bodoh dan penjilat," kata Subanto.
Baca Juga: Makin Jadi, Guru Besar USU Tantang SBY Debat: Di Cikeas Saya Siap!
Adapun, Kepala Biro Perhubungan DPP Partai Demokrat, Abdullah Rasyid, menyayangkan sejumlah cuitan Yusuf yang terus menyerang SBY. Sebagai alumni USU, Rasyid malu melihat pola pikir Yusuf yang tidak punya kompetensi berbicara pembangunan, namun balik menyerang SBY.
Sebelumnya, kata-kata Yusuf itu dimuat di akun Twitternya, @ProfYLH, Sabtu (9/1/2021). Awalnya, si profesor mengomentari berita tentang SBY yang meminta Pemerintah harus berani menunda proyek strategis untuk memulihkan ekonomi nasional akibat pandemi Covid-19.
"Yth.@SBYudhoyono, tahu dirilah kau, sudah mantan jadi jangan sok mengajari Jokowi soal pembangunan proyek strategis nasional, karena kau memang gagal dan telah dijuluki: Bapak Mangkrak Indonesia, jadi tak pantas kau ajari Jokowi 'ikan berenang', karena pasti malu kalipun kau, paham!" tulis Yusuf.
Baca Juga: Balik Serang Teddy Gusnaidi, Politikus Demokrat Sesumbar Keberhasilan SBY
Yusuf juga mengunggah cuitan yang menyebut AHY bodoh terkait jatuhnya sebuah pesawat. Dia meminta, AHY belajar mengenai sejarah jatuhnya pesawat.
"Yth Ketua Umum @PDemokrat, @AgusYudhoyono, @ProfYLH terpaksa harus buktikan memang kau bodoh sekali, karena sepanjang sejarah jatuhnya pesawat di Indonesia, tak pernah ada Government Error penyebabnya, tapi 7 FAKTOR. Maaf kau bodoh turunan, belajar lagi AHY," tulisnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil