KOL Stories x Julian Sengklekman: Cari Cuan Lewat Passion, Bisa Banget!
Memiliki pekerjaan atau karir yang sesuai dengan passion menjadi impian banyak orang. Tak semua orang bisa memperoleh karir yang bagus sesuai dengan bakat alami yang dimiliki. Malah banyak orang yang harus memendam bakat tersebut lalu terjun menjadi pegawai di sebuah perusahaan.
Namun, hal tersebut tidak dirasakan oleh Julian Syahputra alias Sengklekman. Berawal dari strip komik, Julian telah menjalani seri Sengklekman hingga kini secara rutin mengeluarkan episode-episode animasi lewat YouTube Channel dan IGTV.
Baca Juga: Sekali Upload di IG dan Youtube, Irfan Hakim Bisa Kantongi Puluhan Juta
Sengklekman adalah animasi yang berhumor absurd yang menceritakan tentang bagaimana rasanya memiliki teman-teman yang amat sengklek. Gaya animasi yang sengaja dibuat tak halus dengan ekspresi-ekspresi yang hiperbola membuat ke-sengklek-an dari episode-episodenya semakin menjadi-jadi.
Bagaimana awal mula Julian membangun karirnya sebagai animator hingga bisa sukses seperti saat ini? Apa saja tantangan dari dalam diri yang sebenarnya bisa saja menghambat karirnya? Lalu bagaimana Ia mampu melumpuhkan ganjalan tersebut?
Warta Ekonomi mengundang Julian untuk berbincang-bincang mengenai perjalanan karirnya melalui program KOL Stories dengan tema Cari Cuan Lewat Passion, Bisa Banget!.
Bagaimana awal mula Anda berkenalan dengan dunia animasi?
Sebelum membuat animasi, tahun 2015 saya membuat comic strip. Saat itu, saya baru saja keluar dari tempat kerja di salah satu percetakaan dan masih menekuni kuliah semester lima. Kemudian, saya juga turut menyambi terima jasa gambar vector dan karikatur, sehingga sudah memiliki basic untuk bisa menggambar secara digital.
Saat itu, comic strip sedang populer di Indonesia. Saya pun terinspirasi dari komikus Tahilalat. Awalnya saya menilai gambar yang dihasilkan kurang bagus, namun gambar tersebut justru menjadi lucu dan menghibur. Di situ saya merasa tertantang untuk mencoba menggambar, karena saya sudah terbiasa menggambar sejak kecil. Pada tanggal 9 Oktober 2015 saya menciptakan Sengklekman, melalui platform Instagram.
Hanya bermodal kertas, spidol, dan foto, sebulan kemudian berubah menjadi digital. Tahun 2018, saya baru membuat konten berbentuk animasi karena melihat popularitas konten animasi di Instagram yang semakin meningkat.
Sejak kapan Anda memutuskan untuk menjadikan passion anda sebagai mata pencarian? Apa yang membuat Anda berani melakukan hal tersebut?
Mungkin karena saat kuliah saya tidak membuang waktu, karena diisi dengan berbagai kegiatan produktif seperti kerja sampingan di salah satu percetakan, kemudian menerima jasa membuat vector, jadi skill dan dunia pekerjaan sudah saya dapatkan.
Pada tahun 2017, saya sempat bekerja di bidang jasa foto dan video wedding. Awal tahun 2018, saya mendapat kontrak dari platform komik Indonesia untuk Sengklekman dan merasa sudah mencukupi kebutuhan hidup selama satu bulan. Setelah dirasa cukup, kemudian perlahan saya mulai membangun Sengklekman hingga saat ini.
Saat 4 bulan pertama membangun Sengklekman, ada penerbit yang meminta saya untuk membuat buku untuk mereka. Beberapa tahun kemudian, ada yang meminta saya gabung ke manajemen dan komunitas komik. Saya melihat kalau ini semua bisa menjadi lahan untuk bisnis.
Kemudian saya pelajari kembali apa sebenarnya yang saya kerjakan. Ternyata saya mengerjakan IP atau Intellectual Property, dimana banyak produk yang bisa dikemas dan dijual. Jadi tidak hanya sekedar membuat animasi kemudian upload ke Youtube atau buat komik kemudian jual di Gramedia. Jadi ada banyak hal yang mungkin bisa saya buat dan bisa dijual nantinya.
Saat ini Anda menjadi salah satu animator Indonesia yang sukses, boleh dibagikan resep suksesnya?
Saya selalu mengikuti workshop yang membahas tentang Intellectual Property atau semacamnya. Karena saya tinggal Aceh, maka tentu saja tidak ada workshop serupa. Oleh karena itu saya suka menyempatkan diri untuk hadir di workshop online yang diselenggarakan banyak pihak. Saat saya masih aktif di salah satu platform komik tersebut, mereka juga seringkali membuat workshop yang membahas info seputar IP.
Dari workshop itulah saya akhirnya dapat mengerti bahwa ini semua bukan hanya sekedar comic strip, melainkan bisa menjadi lading bisnis yang baik dengan membuat berbagai produk merchandise. Dikarenakan platform comic tersebut sudah tutup, maka Sengklekman fokus ke dunia animasi dan dikerjakan oleh saya sendiri hingga hari ini.
Apa suka dukanya menjadi seorang animator?
Menurut saya mungkin yang terpenting permasalahan waktu, karena saya susah mendapat waktu luang untuk bersantai, berkumpul bersama keluarga, atau bermain bersama teman. Kemudian saat berpergian, saya wajib membawa laptop untuk berjaga-jaga jika ada pekerjaan mendadak agar segera mengerjakannya.
Titik terendah saya saat tahun 2020 kemarin, karena Sengklekman sempat dua kali kena hack. Kemudian saat itu ibu saya sakit diabetes selama berbulan-bulan. Belum lagi kedai kaki lima ibu saya terbakar. Namun di tahun 2021 ini saya mulai bangkit kembali.
Apakah Anda masih memiliki mimpi yang belum tercapai? kalau ada apa itu? Kemudian, bagaimana cara Anda untuk mencapainya?
Banyak, karena Sengklekman terbilang masih cukup baru, terlebih animasinya baru berumur dua tahun. Saya berharap di tahun 2021 ini, Sengklekman memiliki sistem yang lebih rapih. Contohnya bisa memiliki asisten, bisa mengupload dengan rutin, kemudian bisa menambah konten untuk diupload dan bisa rutin mengeluarkan merchandise.
Itu saja harapan di tahun ini. Untuk mimpi yang lebih tinggi, saya berharap beberapa tahun mendatang, Sengklekman bisa dirilis di bioskop.
Apa pesan Anda kepada para penonton agar bisa membuat passion menjadi ladang cuan?
Jika ingin bekerja sesuai passion kalian, menurut saya jangan terus memikirkan uang dan ketenaran. Karena jika terus memikirkan uang dan fame, namun ternyata kita tidak bisa mencapai ketitik itu, maka kita akan merasa kecewa. Yang terpenting adalah jalani saja terlebih dahulu, kemudian perbaiki kualitas agar kedepannya semakin baik. Perbaiki sistem dan konten yang Anda buat agar bisa diterima semua orang.
Jika konten kita sudah baik dan mumpuni, barulah kita bisa berkolaborasi dengan orang lain. Saat sedang kolaborasi dengan orang lain, maka akan terjadi feedback karena follower orang tersebut akan melihat konten yang kita buat, sehingga kita bisa mendapatkan hasil yang positif.
Berdasarkan pengalaman saya, jadikan ini semua sebagai pekerjaan sampingan terlebih dahulu. Karena jika dijadikan sebagai pekerjaan utama, maka Anda tidak akan mendapat penghasilan yang cukup.
Sebagai contoh, saat itu saya sedang menekuni pekerjaan untuk mengurus foto dan video wedding, namun saya juga mengerjakan Sengklekman saat sedang ada waktu luang. Sisakan waktu untuk mengerjakan passion Anda, dan yang tidak kalah penting, konsisten. Anda juga harus peka terhadap perubahan yang sedang terjadi, serta harus bisa beradaptasi tentunya. Itu kunci agar Anda bisa mendapatkan penghasilan dari passion.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Patrick Trusto Jati Wibowo
Editor: Alfi Dinilhaq
Tag Terkait: